JAMUR TIRAM
Oleh : Sugiarto
Perkembangan industri pangan di negara-negara sedang berkembang, khususnya
Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat. Meningkatnya pertambahan
penduduk di Indonesia yang cepat menyebabkan kebutuhan produk bahan pangan juga
meningkat. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
mengusahakan penganekaragaman bahan pangan. Komoditi bahan pangan yang selain
dapat meningkatkan nilai ekonomis, juga meningkatkan kalori dan gizi serta
protein tetapi kandungan kolesterolnya rendah adalah jamur. Jamur tiram adalah
jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi tinggi antara lain protein,
lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin. Jamur tiram mengandung 18 macam
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol.
Jenis asam amino yang terkandung dalam jamur tiram adalah isoleusin, lisin,
methionin, sistein, penilalanin, tirosin, treonin, triptopan, valin, arginin,
histidin, alanin, asam aspartat, asam glutamat, glisin, prolin, dan serin.
Jamur tiram memiliki sifat mentralkan racun dan zat-zat radioaktif,
menghentikan pendarahan, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan
daya tahan tubuh. Daya tarik jamur tiram adalah pada warna tubuh buahnya yang
bervariasi mulai dari putih (disebut tiram putih), kecoklatan, keabu-abuan,
kekuning-kuningan dan kemerah-merahan.
Jamur merupakan organisme eukariot (sel-selnya mempunyai inti
sejati) yang digolongkan ke dalam kelompok cendawan sejati dengan dinding sel
jamur terdiri atas zat kitin. Tubuh atau soma jamur disebut hifa yang berasal
dari spora dan sel jamur tidak mengandung klorofil. Jamur memperoleh makanan
secara heterotrof dari bahan organik yang ada di sekitar dengan bantuan enzim
yang dihasilkan oleh hifa kemudian diserap. Jamur tiram membentuk struktur
reproduksi seksual yang berada di dalam struktur tubuh buah yang bentuknya
mencolok dan ukurannya makroskopik. Perbedaan struktur dalam alat berbiak
merupakan dasar untuk membuat klasifikasi jamur. Sebagian besar jamur pangan
digolongkan dalam kelompok basidiomiset dan hanya beberapa jenis dari kelompok
askomiset. Jamur dari kelompok basidiomiset menyusun sporanya dalam kelompok
empat empat pada ujung bangunan berbentuk gada yang disebut basidium. Sementara
jamur askomiset membentuk sporanya dalam kelompok delapan-delapan di kantong
khusus yang disebut askus. Jamur sebagai
tanaman memiliki inti, berspora dan merupakan sel-sel lepas atau bersambungan
membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai
benang). Hifa jamur terdiri atas sel-sel yang berinti satu dan haploid. Hifa
jamur menyatu membentuk jaringan yang disebut miselium (kumpulan hifa).
Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik pertemuannya membentuk bintik
kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pinhead (tunas atau
calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang menjadi badan buah. Pada awal
perkembangan miselium, jamur melakukan penetrasi dengan melubangi dinding sel
kayu. Proses penetrasi dinding sel kayu dibantu enzim pemecah selulosa, hemiselulosa
dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang
miselium (Djarijah dan Djarijah, 2001). Pertumbuhan badan buah jamur dibedakan
menjadi tiga stadia, yaitu (1) stadia pinhead, berupa tonjolan dan merupakan
bentuk awal dari calon jamur (2) stadia kancing (button stage), berupa bentuk kancing dan jamur muda dan (3) stadia
masak, yaitu jamur utuh yang tudungnya sudah lebar penuh, tetapi lamella belum
membuka (Suhardiman, 1998).
Jamur tiram yang banyak dijumpai adalah jamur tiram putih (P. ostreatus) tetapi adapula jenis lain
yang berwarna merah jambu (P. flabellatus)
dan hitam (P. cystidiosus). Pleurotus spp. umumnya hidup pada kayu
sebagai saprob meskipun satu jenis yaitu P.
eryngii dapat hidup sebagai parasit. Bakal tubuh buah atau primordia dari
basidiomiset adalah gumpalan kecil yang terdiri dari kumpulan miselia yang akan
berkembang menjadi tubuh buah. Diameter
tubuh buah sekitar 1 mm. Primordia berkembang dan pada tubuh buah muda terlihat
bagian-bagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang terletak tidak di
tengah tudung. Pada permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat
bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamela terdapat sel-sel pembentuk spora
(basidium), yang berisi basidiospora. Basidiospora biasanya dibentuk pada saat
tubuh buah dewasa mengalami kematangan. Selama tepi tudung masih
berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Pada saat tepi tudung
meregang penuh tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah
yang matang biasanya rapuh dan spora-spora dapat dilepaskan. Spora pada jamur berfungsi untuk alat
reproduksi dan bertahan. Spora bisa
diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium menghadap ke bawah pada
selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah beberapa jam, terkadang tidak
sampai esok harinya, lapisan spora akan terkumpul. Warna spora terbagi ke dalam
4 atau 5 tipe umum, yaitu: putih, merah muda, kuning tanah dan ungu kehitaman,
namun kelompok terakhir dapat dibedakan lagi menjadi ungu dan hitam. Warna
spora kadang-kadang dapat dilihat secara visual dengan melihat lamela pada
jamur dewasa, tetapi kadang-kadang warna dari lamella menyembunyikan warna
sporanya. Pada umumnya jamur berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Secara taksonomi kelompok ini masuk ke dalam kerajaan fungi dengan beberapa
kelasnya. Jamur mempunyai bentuk tubuh mulai dari yang sederhana yaitu satu sel
dan uniseluler, kemudian bentuk serat atau filamen, sampai dengan bentuk
lengkap seperti halnya jaringan lengkap pada tanaman biasa. Jamur dikenal
sebagai kelompok kapang (jasad renik) dan kelompok mushroom (supa). Dari sisi kehidupannya jamur saprofitis,
yaitu jamur yang hidup dari organisme yang sudah mati ataupun dari sisa bahan
organik atau zat buangan seperti misalnya pada timbunan sampah, tanaman, hewan
yang mati, dan bahan makanan yang disimpan. Kelompok yang kedua adalah jamur
yang parasitis yaitu yang hidup menumpang pada organisme lain yang masih hidup (Siniati,
2005). Kumpulan hifa atau miselium akan berbentuk gumpalan kecil seperti simpul
benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul itu
berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jamur (pin head) atau primordial. Simpul akan membesar dan membentuk stadia kancing
kecil atau small button, selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar
mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung
universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia
perpanjangan (elongation). Cendawan (Volva) pada stadia ini terpisah
dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia yang terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah. Gambar
1. Siklus Hidup Cendawan Basidiospora
1. Siklus Hidup Cendawan Basidiospora
Spesies : Pleurotus ostreatus (Tiram Putih)
Pleurotus ostreatus var. Florida (Tiram Coklat)
Pleurotus
citrinopileatus (Tiram Emas)
Pleurotus flabelatus (Tiram Merah Muda)
Pleurotus dsapidus (Tiram Hitam)
Pleurotus sajor-caju (Tiram Abalon)
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan
berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (bahasa Latin: Pleurotus) dan bentuknya seperti tiram
(Ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari
hitam, abu-abu, coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan
diameter 5 – 20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang
berukuran 8-11 × 3-4 μm. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
pegunungan daerah yang sejuk. Sedangkan jamur tiram merah termasuk keluarga Agaricaceae atau Tricholo mataceae dari kelas Basidiomycetes.
Nama-nama jamur tiram biasanya
dibedakan menurut warna tudung tubuh buah atau sporanya. Jamur tiram merah
memiliki tudung berwarna kemerah-merahan atau merah jambu. Selain Pleurotus flabellatus, jamur tiram merah juga disebut dengan Pleurotus djamor, atau Pleurotus salmoneostramineus,atau Pleurotus incarnates Jenis jamur kuping Auricularia polytricha jamur Shitake (Lentinus edodes)
jamur tiram dapat dibedakan jenisnya
berdasarkan warna tubuh buahnya, yaitu:
a. Pleurotus ostreatus; berwarna putih kekuning-kuningan
b. Pleurotus flabellatus; berwarna merah jambu
c. Pleurotus florida; berwarna putih bersih (shimeji white)
d. Pleurotus sajor caju; berwarna kelabu (shimeji grey)
e. Pleurotus cystidious; berwarna abalon (kecoklatan)
Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media tanam, setiap
rumpun memiliki percabangan yang cukup banyak sedangkan jamur tiram coklat
mempunyai rumpun yang lebih sedikit dibandingkan dengan jamur tiram putih dan
tiram merah serta tiram abu-abu tetapi memiliki tudung yang lebih tebal dan
memiliki daya simpan panen badan buah jamur yang lebih lama. Jamur tiram tumbuh
dan berkembang sepanjang tahun di daerah beriklim dingin sampai daratan tropis
beriklim panas. Miselium jamur tumbuh optimal pada suhu 25 ºC-30 ºC, sedangkan tubuh buah dari sebagian besar spesies
(jenis) jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18 ºC-20 ºC.
Gambar 2. Morfologi Jamur Tiram
Putih
Perkembangan budidaya jamur kuping di Indonesia semakin pesat, sehingga
saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini
dikarenakan jamur kuping merupakan jamur kosmopolitan atau dapat hidup dimana
saja, mulai dari kawasan hutan pantai sampai dengan pegunungan tinggi dengan
persyaratan tempatnya cukup lembab. Disebut jamur kuping karena bentuk tubuh
buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping), dan dikenal juga ada
empat jenis yaitu:
a. Auricularia auricula – Judae (tubuh buah lebar dan tebal)
b. Auricularia polytricha (tubuh buah kecil dan tebal)
c. Auricularia cornea (seperti Auricularia auricula)
d. Auricularia fuscosuccinea (seperti Auricularia polytricha)
Warna tubuh buah pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan
tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Yang paling memiliki nilai
bisnis yang tinggi adalah warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna
hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Siklus hidup
jamur kuping seperti halnya jamur tiram maupun shiitake meliputi; tubuh buah
sudah tua menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan dan berjumlah banyak.
Selanjutnya spora tersebut jatuh pada tempat yang sesuai dengan persyaratan
hisupnya seperti kayu mati atau bahan berselulosa dan dalam kondisi lembab,
maka spora tersebut akan berkecambah membentuk miselia dengan tingkatan:
a. Miselai primer yang tumbuh
terus membanyak dan meluas.
b. Miselai sekunder yang
membentuk primordial (penebalan miselia pada bagian permukaan miselia sekunder
dengan diameter 0,1 cm).
c. Dari primordial akan tumbuh
dan berbentuk kuncup tubuh buah pada tingkat awal yang semakin lama semakin
membesar (3-5 hari)
d. Dari primordia tersebut akan
tumbuh tubuh buah jamur berbentuk melebar, serta pada saat tua akan dipanen.
Selain aman dikonsumsi, bersifat non kolesterol, dan berkhasiat sebagai
obat dan penawar racun yang dihasilkan dari lendir jamur kuping. Secara umum ciri jamur kuping adalah
berdaging lunak seperti agar-agar, sedikit elastis, tembus cahaya, mudah pecah
jiks dikeringkan, dan tidak berbau atau beraroma. Warnanya tergantung dari
jenisnya, yaitu dari putih, kemerah merahan, kecoklatan, keunguan, sampai
hitam. Bila dikeringkan jamur kuping cenderung berubah warna menjadi coklat
kehitaman
Gambar 3. Jamur kuping dengan bagian-bagian : a) tudung; b) batang yang mengalami rudimenter
Gambar 3. Jamur kuping dengan bagian-bagian : a) tudung; b) batang yang mengalami rudimenter
Jamur Shitake (Lentinus edodes)
Jamur shitake Jamur Apem (Indonesia) memiliki tudung yang
menyerupai payung, berwarna kuning kemerahan sampai coklat tua. Lebarnya
bervariasi 2,5 – 20 cm, bentuknya cembung sampai agak datar dan atau berputing
kecil pada bagian tengahnya; permukaan tudung dan batangnya kering, berserat
dengan kutikula yang bersisik. Bagian
bawah tudung terdapat lamella (insang) yang berisi spora. Bilah berwarna keputihan,
warna berubah menjadi coklat kemerahan dan menjadi coklat tua dengan
bertambahnya umur. Tangkai tudung berwarna sama seperti tudungnya,padat, keras
dan kuat; ukuran bagian dasarnya agak membesar. Panjang tangkai 3– 9 cm,
diameter 0,5 – 1,5 cm, permukaan diselimuti cadar tipis yang berakhir dibagian
atas sebagai kortina.
Gambar 4 . Morfologi badan
buah/tudung jamur.
(A) Jamur Shitake
(B) Jamur Kuping
(C) Jamur Tiram Merah
(D) Jamur Tiram Putih
SITOLOGI JAMUR
Jamur banyak muncul pada musim
hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini
segera mati setelah musim kemarau tiba. Tubuhnya terdiri dari benang-benang
yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut
miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. (Gambar
5).
Gambar 5. Hifa yang membentuk
miselium dan tubuh buah
(Sumber : http://ilmupedia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=24&fontstyle=f-smaller
)
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya
mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang
atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur
yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat. Struktur tubuh jamur dari golongan
Basidiomycotina pada umumnya lebih mudah diamati. Spora tumbuh menjadi miselium
dan hifanya bersekat-sekat. Miselium ini menyusun tubuh-tubuh buah yang disebut
basidiokarp . Bentuk basidiokarp beraneka ragam, ada yang serupa
payung, papan, bentuk lembaran yang berliku-liku, dan bentuk cakram. Di dalam
tubuh buah terdapat anyaman hifa yang ujungnya menggelembung yang disebut basidium. Banyak tubuh buah dari jamur Basidiomycotina yang
dapat dimakan seperti: jamur merang (Volvariella volvacea) ; jamur kuping (Auricularia polytricha); dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
Gambar 6. Tubuh jamur merang (Volvariella
volvacea) :
(1)
dilihat dari atas; (2) dilihat
dari bawah; (3) jamur yang masih muda; (4) potongan melintan melalui bagian
tepi
(Sumber : : http://118.98.216.59/subdom/modul/bahan/sma_bio_jamur_2008/bab2_B.htm)
Gambar 7. Tudung buah jamur
kuping (Auricularia
polytricha)
Gambar 8. Tudung buah jamur
tiram (Pleurotus ostreatus).
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Reproduksi secara aseksual maka jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda
bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler.
Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi
sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin.
Spora bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui
kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium
mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah
plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak
melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion
atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga
beberapa tahun, dimana pada
akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan
meiosis. Siklus hidup jamur dengan reproduksi secara seksual dan aseksual
ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Siklus hidup jamur
kelas Basidiomycota.
(Sumber : htt:p//kentsimmons.uwinnipeg.ca/.../lb2pg24.htm)
Sitologi Jamur
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel dan
bagian-bagiannya dan dapat diamati hanya dengan menggunakan mikroskop. Sel
jamur termasuk sel eukariotik dimana dinding selnya terdiri dari zat kitin.
Unit dasar sel jamur disebut dengan hifa. Hifa tumbuh tidak beraturan sesuai
dengan arah percabangan yang dibentuk. Kumpulan hifa-hifa tersebut disebut
miselium. Hifa mengandung
nukleus, vakuola, mitokondria,
ribosom, badan golgi, retikulum indoplasma, plasmalema dan pori-pori. Bentuk
sel jamur ditampilkan seperti Gambar berikut ini.
Gambar 10. Sel jamur dan
organel-organelnya
(Sumber :www.microbiologybytes.com/introduction/myc1.html)
Sel jamur termasuk sel eukariotik namun memiliki perbedaan dengan
sel tanaman dan hewan. Pada sel tanaman dinding selnya merupakan bahan mati/ekstrasel
yang rumit. Dinding sel tanaman terdiri dari serabut selulosa dimana
masing-masing serabut dihubungkan oleh glikoprotein, hemiselulosa dan pektin.
Pada jamur dinding selnya berasal dari zat kitin, sedangkan pada sel hewan
tidak terdapat dinding sel. Pada sel tanaman terdapat kloroplas sehingga
tanaman dapat melakukan fotosistesis yaitu suatu proses perubahan dari bahan
anorganik menjadi organic (tanaman dapat memproses makanannya sendiri). Pada
sel jamur dan sel hewan tidak memiliki kloroplas yang berakibat jamur dan hewan
tidak dapat memproses makanannya sendiri dimana pada jamur sumber nutrisi harus
disediakan dari substrat tanamnya sedangkan hewan sumber nutrisi diperoleh dari
mahluk hidup lainya. Perbedaan sel tanaman dan hewan ditampilkan pada Gambar
11.
Gambar 11. Perbandingan antara
sel hewan dan tanaman
(Sumber :
http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
Inti Sel (Nukleus)
Inti sel memiliki selubung inti yang terdiri dari dua lapis
membrane dengan pori-pori pada interval tertentu. Nukleus mempunyai anak inti
(nukleulus). Nukleus mempunyai fungsi, antara lain : mengontol dan menghasilkan
zat yang dibutuhkan pada proses metabolisme, membawa bahan genetis yang
terdapat dalam kromosom yang akan diwariskan kepada keturunannya. Hal tersebut ditentukan
oleh DNA dan kromatin dimana DNA akan melakukan transkripsi sedangkan kromatin
akan mengalami proses replikasi. Gambar inti sel dengan kromosom dan kromatin
ditampilkan sebagai berikut :
Gambar 12. Inti sel dengan kromosom
dan kromatin
(Sumber :
http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
3.3.9 Vakoula
Vakoula merpakan organel yang memiliki membran terutama terdapat pada
bagian-bagian hifa yang tua. Vakoula memiliki peran antara lain : 1) memdekatkan
sitoplasma ke dinding agar transportasi zat dapat berjalan lancer dan cepat, 2)
membuat sel yang masih muda jadi kukuh dan tegang, 3) sebagai
tempat menyimpan cadangan
makanan,seperti asam amino, gula, protein, mineral dan asam-asam organik, 4)
sebagai tempat sisa metabolisme seperti gas CO2 dan NH3,
kristal dan garam-garam organik; 5) tempat menyimpan produk metabolit sekunder,
dan 6) memberi warna karena mengandung pigmen.
Mitokondria
Mitokondria yang terdapat pada sel jamur sering ditemukan
bergerombol di daerah yang aktivitasnya metabolismenya tinggi. Mitrokondria
memiliki bentuk, ukuran dan jumlah bervariasi tergantung pada jaringan dan
fungsi sel tersebut. Mitokondria diselubungi oleh membran rangkap sama seperti
nukleus, yaitu membran luas dan dalam. Membran tersebut akan membagi ruangan mitokondria
menjadi : matrik yang berisi cairan seperti gel yang dibatasi membrane dalam,
dan ruang antar membran yang berisi cairan encer. Membran luar, membran dalam
dan ruang antar membran mengandung bermacam-macam enzim. Membran luar dan
membran dalam berbeda struktur dan fungsinya. Membran dalam mempunyai lekukan
dan lipatan-lipatan masuk ke dalam matrik. Tonjolan disebut krista dan
bentiknya bermacam-macam. Pada krista terdapat banyak zat berbentuk bola yang
menempel pada krista, dimana bola-bola tersebut dinamakan oksisoma. Matriks
mengandung enzim-enzim siklus Krebs dimana mitokondria adalah tempat
berlangsungnya respirasi sel dan sintesa ATP.Mitokondria dapat diilustrasikan
dengan Gambar berikut :
Gambar 13. Mitokondria dengan
bagia-bagian organelnya
(Sumber :
http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
Ribosom
Ribosom merupakan struktur terkecil yang terdapat dalam sel,
berbentuk bulat atau lonjong, diameter 15 – 25 nm. Ribosom berperan sebagai
tempat sintesis protein dengan bantuan enzim sintetase dan terdiri dari dua sub
unit yaitu 40S dan 60S. Pada sel yang aktif sedang aktif melakukan sintesis
protein maka ribosom dapat mencapai 25% dari bobot kering sel. Ribosom dapat
diilustrasikan
dengan Gambar berikut :
Gambar 14. Ribosom dengan
bagia-bagian organelnya
(Sumber :
http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
Lisosom dan Peroksisom
Lisosom adalah organel yang memiliki bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda dengan dengan ciri khas terdapatnya enzim fosfatase. Secara
fisiologis ditemukan dua jenis lisosom yaitu lisosom primer dan sekunder.
Lisosom primer hanya berisi enzim-enzim hidrolase sedangkan lisosom sekuder
berisi enzim enzim hidrolase dan juga substrat yang sedang dicerna Lisosom
berfungsi sebagai alat pencerna dalam sel dan sebagai alat penghancur
bahan-bahan yang tidak dibutuhkan oleh sel. Peroksisom adalah organel yang
berbentuk vesikuli. Lumen peroksisom berisi enzim-enzim katalase. Peroksisom
sangat penting untuk perlindungan sel dari penimbunan H2O2.
Lisosom dan peroksisom dapat diilustrasikan berikut :
Gambar 15. Lisosom dan
peroksisom dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber :
http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
Plasmalema
Plasmalema adalah tempat berlangsungnya difusi secara selektif,
transport aktif, sitosis, penerima dan penyampai rangsangan serta respon
komunikasi antar sel.
Pori-pori
Pori-pori (gap) adalah bagian bagian yang berperan sebagai tempat komunikasi
antar sel, transpor ion dan metabolit, transpor arus listrik dengan tegangan
rendah, koordinasi gerakan dan aktivitas sebaran berbagai zat secara merata dan
transpor zat induktor.
Badan Golgi
Badan golgi terdiri dari beberapa ruangan dengan berbagai bentuk.
Setiap ruangan dikelilingi oleh membran yang strukturnya sama dengan membrane plasma.
Badan golgi terdiri dari beberapa kantong pipih (sisterna) dimana masing-masing
sisterna memiliki membran agranular. Tumpukan sisterna disebut diktiosom dimana
setiap sisterna disebut juga dengan sakulus. Disekitar diktiosom terdapat dua
kelompok vesikuli (bola-bola kecil) yaitu : vesikuli peralihan dan vesikuli
sekretoris. Badan golgi mempunyai peran sebagai tempat pembentukan karbohidrat,
membentuk membran plasma dengan cara seperti pada pelepasan butir-butir sekresi
pada permukaan sel, menghasilkan enzim yang dapat digunakan pada proses
penggabungan gugus oligosakharida ke molekul protein seperti pada glycosyl
transferase menjadi glukoprotein. Badan golgi dapat diilustrasikan berikut :
Gambar 16. Badan golgi dengan
bagia-bagian organelnya
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) adalah sistem membran yang sangat luas (50%
dari total membran yang terdapat dalam sel) yang terdapat di dalam sitoplasma.
Membran retikulum endoplasma berlipat-lipat membentuk suatu ruangan yang disebut lumen. RE atau sistem RE
berbentuk labirin. Terdapat dua daerah RE yang berbeda secara fungsional yaitu
RE yang permukaan sitosolik, dimana membrannya ditempeli ribosom disebut dengan
retikulum endoplasma granular (REG) sedangkan RE yang permukaan sitosolik,
dimana membrannya tidak ditempeli ribosom disebut dengan retikulum endoplasma
agranular (REA). Retikulum endoplasma
dalam bekerjanya memiliki hubungan dengan organel lain seperti membrane nukleus
dan badan golgi juga berhubungan dengan metabolisme lemak, mineral dan sebagai
tempat perlekatan molekul enzim. Retikulum
endoplasma ditampilkan pada Gambar berikut.
Gambar 17. Retikulum endoplasma
dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber :
http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
4.1 Ekologi Jamur Kayu
Jamur kayu yang termasuk di dalamnya antara lain jamur tiram
(tiram putih, tiram coklat, dan tiram merah), jamur kuping dan jamur shitake
secara umum memiliki ekologi yang tidak jauh berbeda. Ekologi tersebut antara
lain menyangkut habitat, kebutuhan nutrisi, dan syarat tumbuh. Pengetahuan ini
sangat penting bagai pengembangan jamur kayu baik ditinjau dari segi nutrisi
dan pengembangan teknik budidayanya. Jamur tiram putih memiliki ekologi yang
sangat spesifik dibandingkan dengan jenis jamur kayu yang lain. Ekologi yang
dimaksudkan tersebut menyangkut habitat, kebutuhan nutrisi, dan syarat tumbuh.
Pengetahuan ini sangat penting bagi pengembangan jamur tiram ditinjau dari segi
nutrisi dan pengembangan teknik budidayanya.
Jamur tiram dapat ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji
kayu. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 25-39ᵒC. Agar bakal tubuh buah terbentuk biasanya
dibutuhkan kejutan fisik seperti perubahan suhu, cahaya, tingkat CO2, kelembaban
relatif udara dan aerasi. Suhu substrat yang tinggi dapat memicu pertumbuhan
mikroflora termofilik. Mikroorganisme termofilik tumbuh pada kisaran suhu 30-55ᵒC, ketika tumbuh mikroorganisme tersebut
menghasilkan panas yang lebih pada substrat sehingga dapat mematikan miselium
jamur yang dibudidayakan. Substrat sebaiknya memiliki konduktivitas panas yang
rendah, oleh karena itu susunan tinggi kompos kurang dari 25 cm dan log jamur
tidak lebih dari 25 kg. Selama pembentukan
tubuh buah, beberapa jamur sensitif
terhadap tingkat CO2 yang tinggi, sehingga tubuh buah yang terbentuk akan
memiliki tangkai yang panjang dan tudung yang kecil. Kisaran konsentrasi CO2 yang
baik untuk pertumbuhan galur tertentu dari P.
ostreatus antara 550-700 ppm. Faktor cahaya sangat menentukan
pembentukan tubuh buah. Beberapa jamur akan membentuk tubuh buah jika
kekurangan
cahaya. Untuk pembentukan tubuh
buahnya Pleurotus spp. diperlukan 8 jam penyinaran cahaya, namun Pleurotus yang
tumbuh tanpa cahaya akan membentuk struktur seperti koral dengan banyak tangkai
yang bercabang. Jamur tiram putih termasuk golongan jamur mesofil, untuk
pertumbuhan
miselium kisaran suhu yang
sesuai 7 – 37 ᵒC dan optimumnya 26 – 28 ᵒC; untuk pembentukan tubuh buah, kisaran suhu yang
diperlukan 12 – 30 ᵒC. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu
diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar
misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan
air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan
mikroorganisme.
Budidaya Jamur Tiram
Pengetahuan terhadap teknik budidaya jamur merupakan hal yang
sangat mendasar dalam kaitannya untuk mengembangkan dan mendalami tentang jamur
tiram dan jenis jamur lainnya. Secara sederhana teknik budidaya jamur dapat dengan
mudah dipahami oleh siapapun tanpa harus menuntut jenjang pendidikan yang
tinggi. Di dalam budidaya jamur yang penting adalah ketrampilan dan penguasaan
teknik serta sterilisasi. Pemahaman terhadap biologi jamur juga memegang peran
dalam mencapai suatu target ekonomis. Budidaya jamur dapat dioptimalkan jika lingkungan
tumbuhnya dapat dipenuhi. Perkembangan teknologi akhirnya menutut para ilmuwan
untuk mengembangkan sistem teknik budidaya jamur dengan pola modern. Secara
alami bahwa jamur tiram mampu tumbuh di alam bebas meskipun jumlah dan
produksinya tidak bisa optimal. Keadaan ini menuntut kajian-kajian. lebih lanjut agar jamur tiram dapat
dibudidayakan dengan luas dan mudah oleh masyarakat. Secara umum budidaya jamur
tiram dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok pendukung antara lain bahan
atau media, bibit jamur, lingkungan tumbuh. Beberapa Fotograp dari jamur
konsumsi sebagai berikut :
Gambar 18. Tudung jamur tiram
merah, kuping dan tiram putih
Gambar
19. Jamur liar tumbuh di alam bebas
Jamur dialam bebas pada lingkungan yang
cocok meskipun jumlahnya sedikit. Filosofi ini mengilhami para ilmuwan untuk
mendalami dan mempelajari dengan seksama tentang persyaratan tumbuh jamur tiram.
Jamur yang mampu tumbuh di alam
secara bebas adalah jamur yang memiliki tingkat adaptasi pada lingkungan tumbuhnya
sangat tinggi. Jenis jamur tiram
demikian dapat dikembangkan dan di breeding untuk memperoleh jenis strain baru
yang mampu beradaptasi pada lingkungan sangat ekstrem. Keadaan ini sebenarnya
memberikan gambaran bahwa jamur dapat dibudidayakan secara bebas di alam atau
di luar tanpa sentuhan teknologi tinggi
Gambar 21. Jamur kuping (Auricularia Sp) Namun disadari sepenuhnya faktor luar adalah
beragam dan sebagai faktor pembatas keberhasilan dalam proses budidaya jamur
tiram. Oleh karena itu dalam budidaya jamur tiram yang professional pengelolaan
terhadap factor lingkungan harus diperhatikan. Kelembaban yang dikehendaki
adalah 80 – 90 % dan temperature pada ruang budiaya berkisar 22 °C. Disamping
itu kumbung harus gelap dan pada proses pertumbuhan jamur juga memerlukan
cahaya namun jamur tiram tidak menghendaki cahaya langsung masuk pada kumbunhg
jamur tersebut.
Pembuatan Media Tumbuh
Jamur
Budidaya jamur tiram secara komersial memang menuntut suatu ketrampilan
yang sangat jeli serta pengalaman kerja cukup. Mengapa demikian dalam budidaya
jamur tiram secara komersial adalah berorientasi pada profit, sehingga segala
proses produksi akan diukur dengan keluaran yang diperoleh dalam hal ini adalah
keuntungan. Jika dalam proses produksi tidak dikelola dengan baik maka bisa
terjadi kerugian akibat salah dalam perhitungan atau pengalaman ketrampilan
masih minim. Untuk efisiensi waktu dan
tenaga sebaiknya pada saat akan melakukan persiapan pembuatan media siapkan
terlebih dahulu seluruh alat dan tempat pendukung untuk pencampuran. Peralatan
harus selalu dalam kondisi bersih demikian juga tempat atau lantai tempat
mengaduk harus bersih. Kondisi bersih dari sarana dan prasarana akan sangat
menunjang. Tempat atau ruang pengadukan harus selalu dalam keadaan bersih dan
steril karena pada awal inilah semua akan dipertaruhkan jika tidak
terantisipasi lebih dulu. Bahan baku
yang akan dipakai sebagai media harus di pilih yang bagus. Serbuk kayu yang
dipergunakan sebagai media tidak semua jenis kayu dapat dengan mudah diperoleh
dan bibit jamur cepat tumbuh. Pemilihan jenis serbuk kayu juga menentukan
besarnya keuntungan akhir. Jenis serbuk kayu jati dengan serbuk kayu sengon
atau yang lain berbeda kualitas hasil dan lama media untuk dipergunakan sebagai
media tumbuh. Kemampuan menghasilkan panenan cukup tinggi dan tahan lama
dipergunakan sebagai media tumbuh khususnya jenis kayu jati. Kondisi serbuk
kayu harus dalam keadaan kering dan bersih dari kontaminan serta ukuran
sebaiknya dalam keadaan seragam jika perlu diayak terlebih dahulu. Dalam persiapan media tumbuh dalam hal ini
serbuk kayu memang banyak cara yang dilakukan misalnya dilakukan pencucian
terlebih dahulu.
Pencucian ini dimaksudkan untuk
menghilangkan getah. Pencucian dilakukan dengan memberi air dalam kondisi cukup
kemudian ditiriskan. Secara tidak langsung dengan pencucian ini serbuk kayu
sudah melakukan proses penyerapan air dan sekaligus akan dipergunakan sebagai
proses awal dekomposisi. Meresapnya air pada serbuk kayu maka akan terjadi
reaksi kimia dengan menggunakan energi laten yang disimpan oleh serbuk kayu dan
air tersebut. Meskipun tidak dilakukan penutupan. Namun biasanya petani setelah
melakujkan pencucian kemudian ditiriskan dan setelah air sudah tidak mengalir
atau tertetes maka dilakukan pencampuran awal. Setelah tercampur dengan
sempurna maka selanjutnya ditutup rapat maka proses perombakan akan terjadi
didalam tumpuk serbuk kayu selama beberapa waktu. Persiapan bahan campuran
harus dilakukan secara seksama dan bahan yang dipergunakan harus baru jangan
berspekulasi menggunakan bahan yang sudah usang atau tidak layak pakai. Dengan
demikian kepastian penggunaan barang sudah dapat dijamin kualitas bahan yang
akan dipergunakan. Komposisi bahan yang akan dicampur juga akan menentukan
keberhasilan dari kualitas jamur serta kecepatan pertumbuhan dari miselium
jamur. Pencampuran harus dilakukan dengan rata setelah dipastikan bahwa campuran
telah sempurna maka lakukanlah pemberian air secukupnya sampai pada kondisi
serbuk terkepal tidak pecah namun tidak mengeluarkan air. Gambar
proses pembuatan media
ditampilkan pada Gambar 22 berikut :
Gambar 22. Pencampuran Media
Serbuk Gergaji
Pengomposan serbuk kayu
Pengomposan banyak cara yang dapat dilakukan oleh petani jamur
namun demikian secara sederhana hendaknya proses ini dapat dengan mudah
dilakukan oleh petani dan sangat praktis. Dengan teknik pengadukan sempurna
serta campuran yang sesuai jika dilakukan penutupan pada serbuk gergaji
tersebut akan menghasilkan panas. Hasil fermentasi dari serbuk kayu tersebut
jika sudah berjalan maka akan menghasilkan panas pada serbuk kayu tersebut
berkisar 50 – 60°C. Pengomposan yang tidak menghasilkan panas dapat
diperkirakan bahwa proses pencampuran atau komposisi bahan yang dicampurkan
tidak benar. Hasil pengomposan
diharapkan kandungan air mencapai 50 % hal ini dapat dengan mudah dilakukan
kontrolnya yakni sampel dari kompos yang telah jadi di kepal rapat apabila
kompos tersebut sudah tidak meneteskan air berarti kompos tersebut dapat
dipergunakan pada proses selanjutnya. Pengomposan yang telah berjalan dengan
baik akan menimbulkan perubahan komposisi senyawa kimia pada campuran yang
diformulasikan. Untuk mendapatkan hasil kompos yang sempurna maka harus
dilakukan pembalikan setiap hari. Pembalikan yang kurang sempurna dapat
mendorong pertumbuhan jamur liar yang nantinya sebagai faktor kontaminan yang
bisa mengganggu dalam budidaya jamur tiram. Keadaan ini sangat tidak diharapkan
kehadiran kontaminan pada jamur tiram yang dibudidayakan secara komersial.
Perbandingan komposisi campuran media yang akan dikomposkan banyak
formulasi yang diterapkan oleh petani. Dalam teknik penggunaan campuran media tidak
ada aturan baku namun dari hasil kajian dapat diambil rata-rata perbandingannya
adalah setiap 50 kg serbuk kayu dicampur dengan 0.05 kg kalsium karbonat, 0.25
kg urea dapat juga ditambahkan 0.25 kg SP-36 serta 0.35 kg K Cl. Penambahan
bekatul sebaiknya hanya 10 % saja dari total campuran demikian juga tepung
jagung tidak lebih dari 5 %. Setiap
petani jamur menerapkan hasil pengalamannya masing-masing, tentunya campuran
yang dipergunaakan juga berbeda sesuai dengan bahan baku yang ada. Prinsip
dalam pencampuran yang dikembangkan adalah bagaimana cara memberikan media yang
baik agar jamur yang akan dibudidayakan akan tumbuh dengan bagus. Banyak teknik
dan bentuk maupun cara berbudidaya sebagian petani sudah banyak yang
mengembangkan teknik budidaya dengan memberikan nutrisi tambahan sebagai
suplemen. Upaya ini semua akan merujuk pada bagaimana cara meningkatkan
produksi jamur tiram namun yang perlu diperhatikan adalah jika memberikan
tambahan nutrisi seberapa jauh kontribusinya terhadap keuntungan atau nilai
ekonomisnya sampai berapa jauh. Penambahan suplemen yang kurang memberikan
keuntungan secara signifikan sebaiknya tidak dipakai karena jika berbisnis jamur
tanpa perhitungan yang cermat akan sangat fatal.
Hasil pengomposan diharapkan
akan menjadikan lingkungan tumbuh jamur yang optimal. Kompos yang telah matang
ditandai dengan adanya suhu stabil dalam tumpukan kompos yang berkisar antara
50 – 60 °C. Jamur tiram akan tumbuh baik pada media tumbuh yang memiliki pH
kompos netral yakni 6 – 7. Hasil kompos yang bagus menghasilkan warna kompos
yang coklat dan menunjukan aroma khas kompos serbuk kayu. Proses pengomposan
ditampilkan pada Gambar 23 dibawah.
Gambar 23. Cara Pengomposan
Media Serbuk Gergaji
Proses Pengemasan Media
/ Substrat Tanam
Persiapan tempat media tumbuh memang harus dilakukan dengan baikmulai
dari plastik untuk log, cicin, penyumbat, karet atau kertas agar proses pewadahan
tidak terhambat karena persiapan yang kurang matang. Tempat media tanam juga
dapat dilakukan dengan model hamparan besar namun demikian prinsip sterilisasi
masih menjadi kunci keberhasilan. Meskipun langkah dalam sterilisasi tidak sama
karena pada polybag akan dimasukkan kedalam kantung plastik namun pada sistem
hamparan box besar kompos bisa dilakukan sterilisasi dengan drum besar tanpa
harus dimasukkan ke dalam plastik terlebih dahulu. Model polybag memang umum dilakukan oleh
petani jamur namun dengan menggunakan box sebagai tempat media tumbuh masih
jarang diterapkan oleh petani. Model ini sebenarnya jauh lebih praktis dan
tidak membutuhkan dana cukup besar untuk persediaan sarana media tersebut. Box
bisa dibuat dari kayu dengan bentuk kotak dan bagian atas juga diberi papan
berlubang. Namun untuk menghindari kontaminan Box maka kotak harus disterilkan
dulu sebelum dilapisi plastik dan jamur yang telah disteril dimasukkan kemudian
ditutup dengan plastic steril dan dilakukan pemadatan.
Media yang dibuat harus benar-benar padat artinya jika menggunakan
polybag maka polybag harus penuh dan dipadatkan jangan sampai polybag isian tersebut
masih longgar. Media yang tidak padat atau kempos dan ini akan berpengaruh
terhadap kemampuan tumbuh jamur dan lama proses produksi. Disamping itu dengan tidak padatnya media
tumbuh maka mesellium akan sering terjadi putus dibagian dalam ini akan banyak
mempengaruhi proses pertumbuhan. Proses
pewadahan sangat memegang peran dalam menentukan lama dan tidaknya media
tersebut tahan lama dapat dipergunakan sebagai media tumbuh jamur tiram. Pada polibag yang telah sempurna pewadahannya
maka dapat dipastikan siap untuk dilakukan sterilisasi. Proses pengemasan
media/substrat ditampilkan pada Gambar 24.
Gambar 24. Pengemasan subtrat
jamur dalam bag-log
Proses Sterilisasi
Budidaya jamur tiram secara komersial sangat ditentukan oleh
tingkat sterilisasi alat dan bahan. Oleh karenanya pada suatu proses
sterilisasi konsentrasi terhadap prasarana, alat, bahan dan tenaga kerja sangat
mendominiasi dalam kaitan keberhasilan suatu proses budidaya jamur. Prasarana
yang tidak memadai akan menghambat jalannya sterilisasi. Demikian juga terhadap
alat dan bahan yang kurang cermat dalam memilih serta kurang pas dalam
penggunaan maka dapat memberikan sumbangan tingkat kegagalan pada sterilisasi.
Tenaga kerja yang tidak trampil dan terlatih sangat merugikan bahkan dapat
menimbulkan kefatalan dalam proses steaming.
Proses sterilisasi sangat membutuhkan tenaga ekstra, waktu cukup panjang,
keahlian yang cukup karena hal ini dalam konteks proses produksi membutuhkan
biaya cukup besar. Alokasi waktu dalam proses stiem sangat lama jika dalam
sekali proses steril tidak cermat atau dilakukan dengan benar maka berhasil
atau tidak suatu sterilisasi baru bisa diketahui setelah proses inokulasi dan inkubasi.
Jika hasil inkubasi ternyata banyak yang tidak tumbuh atau bayak yang terkontaminasi
maka kerugian sudah dapat dibaca dari sudut finansialnya. Ruang stiem harus benar-benar bersih dari
kotoran sebelum dilakukan penempatan log maupun serbuk kayu yang telah di
kompos. Alat stiem harus ditutup rapat sehingga udara tidak dapat keluar masuk.
Semua komponen alat stiem terlebih dahulu pastikan siap dipergunakan untuk
sterilisasi. Kompor dan bahan bakar harus dipersiapkan pada kondisi sempurna
sehingga pada saat sterilisasi tidak ada hambatan karena pada saat ini waktu
dan tekanan yang stabil sangat menentukan keberhasilan. Penjagaan suhu pada
kondisi stabil harus diperhatikan dengan baik selama 6-8 jam dan tidak boleh
naik turun kontrol pada saat ini baik terhadap air maupun bahan bakar perlu
dijaga. Ketrampilan seorang pekerja pada saat ini sangat diperlukan dalam
mengawasi proses stieming karena berkaitan dengan bahan baker. Keteledoran
pekerja akan sangat berbahaya karena bisa timbul kefatalan. Di beberapa tempat
karena kecerobohan petugas maka sudah sering menimbulkan kerugian besar karena
dapat terjadi kebakaran dan kehabisan bahan bakar. Human error sering kali
dijumpai pada proses budidaya jamur mulai dari awal sampai akhir. Oleh karena
itu management perusahaan harus professional dan butuh kekeluargaan yang baik
antara pemilik dan pekerja. Jika proses stiem telah selesai biarkan kompos yang
telah disteril dalam ruangan atau drum sampai dingin selama 24 jam. Jika
diperkirakan media telah dingin baru pintu atau tutup stiem dibuka. Ruang yang
akan dipergunakan untuk inokulasi harus sudah dipersiapkan dan pada kondisi
steril. Sanitasi ruang dan pekerja sangat pegang peran karena pada saat inilah
seringkali kecerobohan muncul saat mengeluarkan media dari ruang stiem. Proses
sterilisasi ditampilkan pada Gambar 25.
Gambar 25. Proses sterilisasi
media/substrat
Proses Inokulasi Bibit
Penanaman bibit harus dilakukan pada tempat yang steril atau
memerlukan kecepatan teknik menginokulasikan bibit kedalam media tumbuh.
Seyogjanya bibit dipilih terlebih dahulu bibit yang masih bagus dan tidak
kedalu warsa. Kemudian lakukan persiapan tempat dan alat inokulasi agar
kesemuanya dalam keadaan steril maka harus dikondisikan. Ruangan hendaknya
disterilkan dulu dengan alkohol 70 % atau lisol dapat juga dipakai formalin.
Pada saat ini alat inokulasi harus secara keseluruhan disterilkan terlebih
dadulu. Perlu diperhatikan pula bahwa bag log pada bagian penyumbatnya harus
disterilkan. Demikian pula jika pakai hamparan proses steril juga harus lakukan
pada bagian hamparan tersebut juga lubang box sebagai tempat tumbuh keluarnya
jamur. Ruang inokulasi sebaiknya diamkan dulu 1 jam setelah disemprot dengan
alcohol atau formalin dan biarkan bau sampai hilang. Nyalakan lampu bunsen dan
pakailah masker serta ganti pakaian kerja yang steril
dan lakukanlah inokulasi dengan
teknik yang sempurna dan cepat. Bibit yang diambil dari botol sebaiknya bibir
botol juga dipanaskan sedikit demikian pula skapel kecil juga dipanaskan diatas
bunsen kemudian masukkan kira-kira separuh sendok makan kemudian tutup kembali.
Proses inokulasi bibit ditampilkan pada Gambar 26.
Gambar 26. Proses inokulasi
bibit
Proses Inkubasi
Inkubasi adalah proses penumbuhan bibit jamur yang telah
diinokulasikan pada media tumbuhnya. Pada proses penumbuhan bibit diperlukan
ruang inkubasi yang bersih d ruangan dengan formalin 2 %. Kemudian kontrol
ruangan tersebut benar-benar dan harus terhindar dari sinar matahari langsung. Sirkulasi
udara yang masuk dan keluar tidak terlalu banyak ruang inkubasi yang diharapkan
adalah 28 – 30 °C sehingga ruangan inkubasi menjadi hangat. Penataan jumlah
polybag sebaiknya tidak tersusun lebih dari 3 ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan miselium jamur pada polybag posisi berdiri. Pengecekan harus sering
dilakukan pada masa inkubasi ini dikhawatirkan terjadi kontaminasi pada jamur
tiram tersebut dan biasanya cepat menular sehingga perlu segera diambil dan
dibuang. Pada ruang inkubasi sebaiknya petugasnya adalah tetap karena
berpengaruh terhadap keluar masuknya udara dan bakteri yang terbawa juga
semakin banyak kemungkinannya untuk terikut pada ruang inkubasi. Perkembangan misellium akan tidak sempurna
jika cahaya matahari langsung mengenai ruang inkubasi dan kondisi temperature
harus dijaga stabil pada kisaran 28 – 30 °C. Oleh karenanya pengawasan setiap
saat perlu dilakukan sambil mengawasi kontaminan yang muncul. Jika ditemui
ketidak normalan pada bag log dalam arti ada jamur lain yang tumbuh pada
pembibitan tersebut maka harus segera disisihkan agar tidak menyebar. Proses
inkubasi ditampilkan pada Gambar 27.
Gambar 27. Proses inkubasi
dimana bag-log dengan Posisi berdiri
Proses Penumbuhan
Pada saat proses penumbuhan jamur tiram kondisi kandang jamur atau
ruang tumbuh harus dalam keadaan steril dan jika perlu disemprot dengan insektisida.
Pastikan dengan keyakinan bahwa kumbung jamur sudah representative untuk
penumbuhan jamur tiram. Ruang yang telah disemprot biarkan sampai bau
insektisida hilang baru masukkan polybag dan diatur enataannya. Banyaknya susun dari polybag
tergantung pada kekuatan tempat atau rak polybagnya. Jika menggunakan model box
besar maka ruang atau kumbungpun harus disesuaikan kebutuhannya. Penataan
susunan box harus benar-benar kuat dan mudah untuk merawat serta panen
nantinya. Pada budiaya dengan system box besar proses inokulasi dan inkubasi
dapat dilakukan sekaligus pada ruang penumbuhan. Karena proses ini dilakukan
pada satu tempat maka setting ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan baik
temperatur dan kelembabannya. Pada saat inkubasi dengan system box ruang
inkubasi harus bisa dikondisikan agar temperature ruang pada kisaran 22 – 28
°C. Keadaan ini tidak terlalu sulit jika dari awal sudah dipersiapkan dengan
baik. Bibit akan tubuh dengan kemampuan sangat cepat jika temperature ruang
mencapai 25 °C. Pada saat fase penumbuhan bibit maka kondisi ruang tumbuh harus
selalu memiliki kelembaban 80 – 90 % dan temperatur berkisar antara 12 – 22 °C.
Rang harus selalu dilakukan pengkabutan untuk menjaga kelembaban. Polybag yang
telah tertata rapi atau box yang sudah dikondisikan maka harus segera dibuka
tutupnya setelah 2 – 3 hari agar jamur segera tumbuh dan dapat keluar
pinheadnya. Pada ruangan ini sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung.
Cahaya langsung akan dapat mematikan
misellium jamur namun ruangan yang tidak ada cahaya sama sekali maka
pertumbuhan batang jamur akan cenderung memanjang dan tudungnya kecil serta
jumlah misellium yang berkembang sedikit. Sirkulasi udara cukup penting dalam
pertumbuhan jamur tiram. Jamur akan berkembang dengan bagus jika udara yang
masuk cukup sehingga proses oksidasi dapat berjalan sempurna. Oleh karena itu
ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga udara dapat masuk tanpa mengurangi
tingkat kebersihan dan steril ruangan. Ruang tumbuh yang sirkulasi udara tidak
bagus maka pertumbuhan jamur akan kurang bagus dan cenderung pertumbuhan jamur
memanjang serta tidak bisa tumbu normal. Gambar bag-log di ruang penumbuhan
ditampilkan sebagai berikut :
Gambar 28. Bag-log di ruang
penumbuhan dengan posisi miring/ditidurkan
Panen
Budidaya jamur tiram pada ruang penumbuhan memang perlu
disesuaikan dengan keinginan karakteristik masing-masing jenis jamur. Secara
umum ruang penumbuhan atau tempat budidaya suhu optimum berkisar 15 – 22 °C
dengan kelembaban berkisar 80 - 90 %. Kumbung yang representatip untuk tumbuh jamur
akan berpengaruh sangat besar terhadap keberhasilan suatu budidaya sampai pada
tingkat produksi. Secara ekologi bahwa banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberlangsungan
proses budidaya jamur tiram. Kumbung diharapkan mempunyai ventilasi cukup
sehingga sirkulasi oksigen sangat bagus dan tanaman jamur sangat membutuhkan
untuk mempercepat pertumbuhannya. Namun ada suatu hal yang perlu diperhatikan
bahwa jamur lebih senang dan kondusip jika kumbung tidak terkena cahaya
matahari langsung sehingga gelap dan kebutuhan akan oksigen berjalan sempurna. Setelah penempatan bag log tertata rapi maka
secara bertahap jamur mulai keluar dari
mulut cicin yang sudah dipersiapkan. Badan buah dalam waktu satu minggu sampai
sepuluh hari muncul bergerombol. Dalam kurun waktu 5 hari badan buah tersebut
membesar dan membentuk badan buah sempurna. Secara morfologi memang berbeda
bentuk dan warna tergantung dari jenis jamur yang dikembangkan. Tentunya jenis
tiram dan jamur kuping berbeda bentuk karakteristik serta performannya.
Tudung dari jamur tiram sekilas menyerupai bentuk payung dengan
variasi diameter rerata 2 – 20 cm. Bentuk dari tudung berbeda dan permukaannya
ada yang datar, cembung, oval dan ada yang berputing kecil dibagian tengah. Di bagian
bawah tudung terbentuk lamella atai insang yang mana bagian tersebut berisi
spora. Bilah berwarna keputihan kemudian berubah menjadi coklat kemerahan dan
menjadi coklat tua hal ini seiring dengan bertambahnya umur jamur. Tangkai
tudung berwarna sama dengan tudung namun keras dan padat kuat. Panjang tangkai
berkisar 3 – 9 cm dan diameter berkisar 0.5 – 1.5 cm dan bagian dari
permukaannya terdapat seperti cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai
kortina. Pada awal terbentuknya pinhead pada mulut cincin terlihat benjolan
kecil kecil bergerombol. Kemudian berkembang secara cepat dan membentuk seperti
kancing baju seringkali pada tahapan ini disebut stadia kancing (Button stage)
dan berkembang menjadi jamur muda. Selanjutnya berkembang sejalan dengan persediaan
cadangan makanan yang ada dalam media log maka jamur muda berkembang menjadi
dewasa dan tudungnya sudah membuka sempurna ini jamur sudah bisa dipanen pada umur 1 – 1.5 bulan
kondisi ini lamella belum terbuka. Jika pemanenan terlambat ditandai dengan
tudung membuka sempurna dan lamella membuka. Jamur yang telah tua dan tidak
enak untuk dikonsumsi dicirikan bagian pinggir tudung telah mengering dan
berubah warna kuning sampai agak coklat. Jamur yang telah lamellanya membuka
jika diperhatikan seakan jamur tersebut
mengeluarkan asap atau menguap namun sebetulnya adalah spora yang berterbangan.
Spora ini sangat kecil ukurannya 5.5 – 6.5 x 3.0 – 3.5 mikron.
Pemanenan yang bagus dilakukan pada saat pagi hari sekali sehingga
setelah dipanen segera jamur bisa dipasarkan dalam bentuk segar. Pada saat pemanenan
jamur hendaknya dicabut dengan hati-hati dan harus bersih dari akar atau batang
yang terputus. Teknik panen yang tidak sempurna akan merusak lingkungan mikro
jamur itu sendiri sehingga dapat terjadi kebusukan didalam log sehingga
miselium yang akan tumbuh menjadi terkontaminasi dari busuknya media dan
akhirnya mati. Demikian pula teknik panen dan meletakan jamur yang telah
dipanen harus hati-hati karena jamur mudah patah dan robek atau hancur sehingga
akan mempengaruhi nilai jual jamur tersebut. Tempat atau wadah jamur harus
dipersiapkan terlebih dahulu jika dikemas dalam plastic maka persiapkanlah timbangan
dan plastik agar siap kemas. Penataan bag log dalam budidaya jamur harus
seefisien mungkin karena kumbung jamur biasanya relatif sempit antara rak satu
dengan lainnya, sehingga penataan harus optimal dan pada saat panen harus tidak
menjadikan sulit teknis pemanenan. Pengaturan yang kurang baik akan mempersulit
saat panen dan perawatan. Sebaiknya
kumbung tertutup rapi sehingga memperkecil hama serangga dan tikus atau nyang
lain masuk dalam kumbung budidaya. Kondisi kumbung yang lembab harus dipertahankan
setiap saat sehingga pengkabutan harus dilakukan setiap pagi jika diperlukan
sore bisa dilakukan. Rancang bangun kumbung harus dibuat sedemikian rupa
sehingga secara teknik agronomis memenuhi persyaratan lingkungan hidup jamur. Panen
yang bagus harusnya bisa terprogram dalam kurun waktu yang diinginkan untuk
mengimbangi permintaan pasar sehingga jamur setiap saat tersedia dipasaran.
Berikut contoh gambar jamur yang siap untuk dipanen sebagaimana Gambar berikut
:
Gambar 29. Gray Oyster Mushrooms
Gambar 30. Flamingo Oyster Mushrooms
Glen Babcock Glen
Babcock
Garden City Fungi
Garden City Fungi
Gambar 31. Golden Oyster Mushrooms
Glen Babcock
Garden City Fungi
PEMBIBITAN JAMUR
Pada proses pembuatan bibit jamur terutama jamur konsumsi (jamur tiram,
kuping, shitake, merang dan kancing/champignon) maka harus diketahui siklus
hidup jamur tersebut agar diperoleh bibit yang tepat sesuai dengan jenis bibit
dibutuhan. Metode pembuatan bibit jamur dikenal dengan dua cara, yaitu : 1)
cetakan spora, dengan mengisolasi dan menumbuhkan spora dan 2) kultur
jaringan,dengan mengisolasi jaringan tubuh jamur. Prosedur pembibitan dengan
kedua metode tersebut diawali dengan membuat biakan murni. Penumbuhan biakan
murni dapat dilakukan pada media agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar
ekstrak malt, media agar-agar lengkap, media agar dedak (bekatul) dan media
agar-agar dekstrosa kentang. Diantara media-media tersebut yang paling banyak
digunakan adalah media agar-agar dekstrosa kentang atau lebih dikenal dengan
PDA (Potato Dextrose Agar). Sel dari suatu organisme multiseluler dimanapun
letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel
tersebut (setiap sel berasal dari satu sel). Eksplan yang berasal dari jaringan
tubuh jamur dapat diperoleh dari : batang bawah, batang atas, pangkal bilah,
tengah bilah, dan ujung bilah serta dapat pula berasal dari stadia pinhead atau
stadia kancing.
Gambar 32. Sumber-sumber
eksplan :
(a) spora, dimana yang terbanyak
dibalik tudung di bagian
lamela, (b) batang bawah, ( c) batang atas, (d,e,f) pangkal, tengah, ujung
bilah, (g) stadia pinhead dan (h) stadia kancing
Morfologi Badan Buah
Jamur
Tubuh jamur terdiri dari dua bagian yaitu tudung (pilleus) dan (tangkai
stipe). Pada tudung terdapat bilah (lamela) yang merupakan tempat tumbuh spora.
Tudung memiliki diameter antara 4 – 15 cm. Spora tumbuh pada bagian lamela
yaitu di bagian insang. Spora memiliki ciri-ciri sebagai berikut : bentuk oval
sampai bulat panjang, dinding halus, jejaknya berwarna putih sampai ungumuda
atau abu-abu keungauan dengan ukuran 1,5 - 9 x 3 – 4 mikron. Morfologi beberapa
jenis jamur ditampilkan pada gambar berikut :
Gambar 33. Morfologi badan
buah/tudung jamur. (A) Jamur Kuping
(B) Jamur Tiram Merah (C dan D)
Jamur Tiram Putih
Struktur Reproduksi
Jamur
Jamur kayu yang termasuk dalam klas Basidiomycetes maka struktur reproduksinya
dihasilkan di dalam tubuh buah. Basidiomiset menghasilkan basidiospora yang
dibentuk di atas basidium. Pada proses meiosis di dalam basidium terdapat dua
inti yang saling melebur sehingga dihasilkan empat inti. Inti ini melalui
tangkai yang terdapat pada basidium akan menghasilkan basidiospora.
Basidiospora dibentuk pada tangkai kecil yang dinamakan sterigma yang terletak
diatas basidium. Bilah-bilah (gills) terdapat dipermukaan bagian bawah dari
tudung (payung) dan tersusun secara vertikal. Bilah diselubungi oleh himenium,
yaitu suatu lapisan yang mengandung basidium dan basidiospora. Bilah terdiri
atas jaringan trama yang merupakan jalinan-jalinan hifa.
Gambar 34. Struktur reproduksi
jamur
(Sumber : http://www.nearctica.com/nathist/fungi/gfungi.htm)
Perkembangbiakan Jamur
Jamur dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan
secara seksual dapat terjadi dengan meleburnya dua intidengan terjadinya proses
plasmogami, kariogami dan meiosis secara berurutan. Plasmogami adalah proses
peleburan protoplasma dua sel yang sesuai. Kariogami adalah proses peleburan
dua inti sel estela terjadi proses plasmogami yang akan dihasilkan inti diploid
(2n), sedangkan meiosis adalah proses dimana inti yang telah melebur tersebut
maka selnya akan mengalami pembelahan dan intinya terreduksi sehingga akan
diperoleh empat sel dengan inti yang haploid. Perkembangbiakan secara seksual
merupakan satu cara bagi suatu species jamur untuk mempertahanankan diri dimana
struktuk reproduksi seksual akan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang
ekstrim dibandingkan dengan struktur soma dan struktur reproduksi aseksualnya.
Perkembangbiakan secara aseksual pada jamur dilakukan dengan menggunakan bagian
jaringan tubuh jamur.
Gambar 35. Perkembangbiakan
jamur secara seksual
(Sumber : http://www.squidoo.com/how-to-grow-magic-mushrooms)
Gambar 36. Basidiosporogenesis.
(A) Fase sebelum difusi dikaryotik. (B-D) Fase setelah fusi inti diploid dan
meiosis. (E-G) Perkembangan spora dan perpindahan inti kedalam spora. (H) Fase
setelah meiosis dan mitosis. (I) Inti kembali pindah kedalam basidia.
(Sumber : Mycological Society
of America. From Hasebe et al. (1991)
tolweb.org/Homobasidiomycetes
)
Persiapan Ruang, Alat
dan Bahan
Dalam Pembuatan Bibit dan pengemasan media bibit, ruang sterilisasi,
ruang isolasi dan inokulasi, serta ruang inkubasi Ruang yang dibutuhkan dalam
pembuatan bibit meliputi : ruang persiapan Alat-alat yang diperlukan meliputi :
tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, autoclave, cawan petri, oven,
timbangan analitik, pH meter, panci pemanas, kompor, pengaduk, pisau, skalpel,
pinset, lampu bunsen, laminer air flor atau encas, plastik PP tabal 0,08 mm, master,
hand sprayer, oose. Beberapa peralatan yang digunakan untuk proses pembuatan
biakan murni.
Gambar 37. Peralatan yang
digunakan untuk membuat biakan murni
Bahan yang butuhkan yaitu : spesimen jamur yang telah diketahui deskripsinya,
media PDA, serbuk gergaji, aquades, alcohol 70%, biji sorgum (dapat juga
digunakan bici padi, jagung dan gandum), kalsium karbonat, bekatul, pupuk SP-36
dan aquades. Bahan tersebut dapat dimodifikasi dengan sampah organik atau
limbah pertanian yang lain asalkan bahan tersebut mengandung selulosa.
Pembuatan Biakan Murni
Pembuatan bibit jamur baik biakan murni, bibit induk maupun bibit
siap tanam harus dilakukan pada kondisi yang steril atau aseptis. Biakan murni dilakukan
melalui tiga tahapan pekerjaan, yaitu : 1) pembuatan media agar (Potato
Dextrose Agar), 2) isolasi spora atau jaringan/spesimen jamur dan 3) inokulasi
spora atau jaringan/spesimen jamur dengan kondisi steril/aseptis.
Pembuatan Media Agar
PDA
Media agar sebagai media biakan merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan
spora atau jaringan jamur. Media untuk biakan murni pada umumnya menggunakan
agar-agar sebagai pemadat. Ada beberapa macam media yang banyak digunakan untuk
media biakan murni, antara lain : Potato Dextrose Agar (PDA), Potatoes Dextrose
Yeast t Agar (PDY-Amandemen) dan Malt Extract Agar. Dari semua jenis media
tersebut yang banyak digunakan adalah PDA.
Media PDA terbuat dari
bahan-bahan sebagai berikut :
- Kentang 200 gram
- Dextrose 20 gram
- Agar-agar batang 20 gram
- Aquades 1000 ml
Cara membuat media PDA yaitu kentang dikupas dan dipotong kotak
kecil kemudian dicuci bersih. Kentang yang telah dipotong direbus dengan 500 ml
aquades sampai mendidih selama 15 menit. Secara terpisah agar-agar direbus dengan
500 ml aquades sampai agar-agar larut kemudian ditambahkan dextrose dan diaduk
agar larutan homogen. Selanjutnya air rebusan kentang dimasukkan ke dalam
larutan agar-agar sehingga volumenya menjadi 1000 ml. Larutan tersebut disaring
dengan kain katun dan dididihkan.
Sterilisasi Media
Larutan media agar dituang dalam cawan petri atau botol gepeng kemudian
dilakukan sterilisasi media sebelum digunakan untuk menanam spesimen atau spora
jamur. Sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kontaminan atau
jasad mikro yang dapat mengganggu kehidupan miselium bibit jamur. Sterilisasi
yang banyak dilakukan dengan menggunakan autoclave. Autoclave dapat diatur
tekanan, suhu dan waktu sterilisasinya, dimana pada umumnya digunakan tekanan
15 lb, suhu 12oC selama 15 menit. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan kematian
mikroorganisme karena protein mengalami koagulasi sehingga enzim pada
mikroorganisme menjadi tidak aktif. Proses sterilisasi dengan autoclave seperti
Gambar berikut :
Gambar 38. Proses sterilisasi
media PDA dengan autoclave
(A) Autoclave dengan bahan
bakar gas (elpiji)
(B) Autoclave dengan pemanas
listrik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses sterilisasi
antara lain : volume cairan, ukuran wadah yang dipakai dan kepadatan
muatan.Volume cairan yang sedikit, wadah yang kecil dan muatan yang sedikit
membutuhkan waktu sterilisasi yang lebih pendek/singkat begitu sebaliknya.
Gambar 39. Media PDA yang telah
disterilisasi
Proses Inokalasi Biakan
Murni
Metode biakan murni dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :1)
biakan murni dari spora, dan 2) biakan murni dari jaringan tubuh jamur. Pembuatan biakan murni dari spora dapat
dilakukan dengan mengambil satu atau beberapa spora. Untuk mengambil spora maka
tudung jamur yang telah dewasa dipotong dari tangkainya kemudian diletakkan
dengan posisi tudung yang terdapat spora menghadap ke bawah. Spora yang telah
masak akan turun dan ditampung dalam cawan petri yang berisi media agar yang
steril, selanjutnya cawan petri ditutup dan diinkubasikan. Spora akan
berkecambah setelah beberapa jam pada kondisi optimum. Spora yang telah
membentuk tabung kecambah selanjutnya diisolasi dengan cara mengiris media
tumbuhnya dengan skalpel atau jarum inokulasi. Potongan tersebut selanjutknya
diinokulasikan pada media agar yang lain agar dapat tumbuh. Koloni yang tumbuh
merupakan biakan murni spora tunggal jika berasal dari satu spora atau biakan
murni spora multi jika berasal dari banyak spora. Biakan murni spora dapat juga
dibuat dari jejak spora. Jamur yang sudah dewasa dipotong dekat tudungnya.
Tudung diletakkan di atas lembaran kertas yang steril dengan kondisi bagian
yang mengandung spora mengahap kertas dan dibiarkan selama 10 menit. Jejak
spora yang terjadi dibuang karena masih terdapat kontaminan. Selanjutnya tudung
jamur tersebut diletakkan di atas kertas steril yang lain dan ditutup dengan
gelas untuk menghindari aliran udara. Spora akan dipencarkan lagi pada kertas
selama 20 – 30 menit dan jejak spora tersebut dapat digunakan sebagai sumber
inokulum (Gunawan, 1999). Biakan murni
dari jaringan tubuh buah harus berasal dari tubuh buah yang sehat, segar dan
masih muda. Semua bagian tubuh buah dapat diisolasi sebagai bahan untuk biakan
murni terutama yang terletak di ujung atas tangkai dimana pada bagian ini
miseliumnya akan tumbuh aktif. Jaringan tersebut dipotong dengan ukuran 2 mm x
2 mm x 2 mm dengan skapel dan diinokulasi pada media agar dengan kondisi
aseptis. Media agar yang telah diinokulasi eksplan tersebut selanjutnya
diinkubasi dengan cara diletakkan miring atau terbalik jika menggunakan botol
gepeng. Proses inokulasi dan inkubasi ditampilkan pada Gambar 40 dan 41 berikut
:
Gambar 40. Proses inokulasi
eksplan pada pembuatan bibit biakan murni
Gambar 41. Proses inkubasi
biakan murni pada botol gepeng (posisi botol ditidurkan)
Pada jaringan tubuh buah (eksplan) yang ditanam pada media agae
PDA akan tumbuh miselium dalam kurun waktu 3 – 4 hari. Miselium akan tumbuh pada
permukaan media agar dan membentuk koloni miselium hingga memenuhi permukaan
media agar dalam botol, seperti ditampilkan pada gambar berikut :
Gambar 42. Perkembangan
miselium biakan murni jamur Shitake pada media PDA.
(A) Perkembangan awal miselium (B)
Biakan murni telah siap dijadikan bibit induk
Pembuatan Bibit Induk
dan Bibit Produksi
Bibit induk adalah turunan dari biakan murni dimana media yang digunakan
substrat dari biji-bijian. Bibit induk dibuat karena miselium dari biakan murni
tidak dapat langsung ditanam pada media/substrat biji-bijian. Bibit induk dibuat
dengan tujuan untuk memperbanyak miselium sebagai bahan inokulum yang sangat
terbatas dari proses biakan murni agar secara ekonomis harga bibit tidak
terlalu mahal. Bibit produksi adalah
turunan dari bibit induk dengan media/substrat dari biji-bijian atau serbuk
gergaji kayu. Bibit produksi sebagai sumber inokulum dan ditanam pada substrat
yang dikemas dalam plastik (bag-log) agar dapat dipanen badan buah jamur. Media yang digunakan untuk bibit induk
biasanya menggunakan bijibijian serelia seperti sorgum, jagung, padi, gandum
dan serbuk gergaji. Beberapa jenis jamur kayu, seperti jamur tiram, kuping dan
shitake dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada media biji-bijian
sedangkan pada jamur merang dan champignon menggunakan jerami yang terlebih
dahulu dikomposka untuk media bibit produksi.
Beberapa resep media dan langkah kerja pembuatan bibit baik bibit
induk bibit produksi, sebagai berikut :
1.Media bibit induk jamur
tiram, kuping dan shitake:
- Serbuk gergaji kayu sengon 5,5 kg (27,5%)
- Bekatul 2,0
kg (10%)
- Gipsum 0,3
kg (1,5%)
- Kalsium karbonat 0,1 kg (0,5%)
- SP-36 0,3 kg (1,5%)
- Air 12,0 kg (60%)
Tahapan dalam membuat bibit
induk adalah sebagai berikut :
a. Serbuk gergaji, bekatul, gipsum, kalsium
karbonat. SP-36 (terlebih dahulu dihaluskan) dicampur merata kemudian
ditambahkan air hingga campuran media dapat dikepal dan tidak hancur (hal ini
menunjukkan bahwa kondisi air media telah mencapai 60 %).
b. Campuran media tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam botol hingga mencapai 2/3 bagian botol dan dibuat
lubang tanam dengan alat pelubang kemudian mulut botol ditutup dengan plastik
PP. Bobot media dalam botol lebih kurang 200 gram sehingga satu resep akan
dihasilkan 75 botol media.
c. Botol yang telah diisi
dengan media selanjutnya disterilisasi dengan autoclave dengan tekanan 15 lb,
suhu 12 oC selama 30 menit. Media tersebut kemudian didinginkan selama 24
jam.
d. Biakan murni jamur dari
botol gepeng diambil dengan menggunakan oose dan diinokulasikan pada media
bibit induk dalam botol saos.
e. Media yang telah diinokulasi
dengan biakan murni selanjutnya diinkubasi dalam ruangan dengan suhu 18oC dan
kelembaban 85% selama kurang lebih 30 hari hingga pertumbuhan miselium memenuhi
media. Pada saat inkubasi botol media bibit induk diletakkan dengan posisi
berdiri, hal ini dimaksudkan agar perkembangan miselium cepat bergerak ke arah
bawah karena adanya pengaruh gravitasi.
f. Media yang telah dipenuhi
miselium tersebut siap dijadikan bahan tanam untuk bibit produksi atau langsung
ditanam untuk produksi badan buah.
Gambar 43. Perkembangan
miselium bibit (F1) jamur Shitake pada media serbuk gergaji kayu sengon
2. Media bibit induk jamur
champignon (kancing) menggunakan bahan sebagai berikut :
- Biji sorgum 1000 gram
- Kotoran ayam 100 gram
- Bekatul 50 gram
- Kalsium karbonat 25 gram
- Gipsum 25 gram
Langkah kerja pembuatan bibit
induk jamur kancing, yaitu :
a. Biji sorgum dicuci dan direndam selama 18 – 24
jam kemudian ditiriskan.
b. Biji sorgum yang telah
dicuci selanjutnya direbus selama 15 menit sampai masak dan setelah masak
didinginkan.
c. Biji sorgum selanjutnya
dicampur dengan bahan yang lain dengan kadar air 52% dan dimasukkan ke dalam
botol hingga ¾ bagian botol.
d. Botol yang telah diisi media
selanjutnya disterilkan dengan autoclave dengan tekanan 15 lb, suhu 12 oC
selama 30 menit dan didinginkan selama 24 jam.
e. Biakan murni jamur dari
botol gepeng diambil dengan menggunakan oose dan diinokulasikan pada media
bibit induk dalam botol saos.
f. Media yang telah diinokulasi
dengan biakan murni selanjutnya diinkubasi dalam ruangan dengan suhu 18oC dan
kelembaban 85% selama kurang lebih 30 hari hingga pertumbuhan miselium memenuhi
media. Pada saat inkubasi botol media bibit induk diletakkan dengan posisi
berdiri, hal ini dimaksudkan agar perkembangan miselium cepat bergerak ke arah
bawah karena adanya pengaruh gravitasi.
3. Media bibit induk jamur
merang menggunakan bahan sebagai berikut :
Biji
sorgum 1000 gram
Kalsium karbona (kapur) 20 gram
Langkah kerja pembuatan bibit
induk jamur merang, yaitu
a. Biji sorgum dicuci dan
direndam selama 18 – 24 jam kemudian ditiriskan.
b. Biji sorgum yang telah
dicuci selanjutnya direbus selama 15 menit sampai masak dan air rebusan
dibuang.
c. Biji sorgum dalam kondisi masih panas
selanjutnya dicampur dengan kapur sehingga butir-butir sorgum diselimuti kapur
dan dimasukkan ke dalam botol hingga ¾ bagian botol.
d. Botol yang telah diisi media
selanjutnya disterilkan dengan autoclave dengan tekanan 15 lb, suhu 12 oC
selama 30 menit dan didinginkan selama 24 jam.
e. Biakan murni jamur dari
botol gepeng diambil dengan menggunakan oose dan diinokulasikan pada media
bibit induk dalam botol saos.
f. Media yang telah diinokulasi
dengan biakan murni selanjutnya diinkubasi dalam ruangan dengan suhu 18oC dan
kelembaban 85% selama kurang lebih 30 hari hingga pertumbuhan miselium memenuhi
media. Pada saat inkubasi, botol media bibit induk diletakkan dengan posisi
berdiri, hal ini dimaksudkan agar perkembangan miselium cepat bergerak ke arah
bawah karena adanya pengaruh gravitasi.
Sedangkan untuk membuat bibit produksi pada jamur kancing dan
jamur merang berbeda dengan jamur kayu (seperti jamur kuping, tiram dan
shitake) dimana media yang digunakan sama dengan substrat serbuk gergaji kayu
(media bibit induk untuk jamur kayu). Media yang digunaka untuk bibit produksi
jamur kuping dan merang adalah sebagai berikut :
1. Media bibit produksi jamur
kuping digunakan resep sebagai berikut :
- Jerami 8 bagian
- Kotoran ternak 5 bagian
- Gipsum 1% dari campuran jerama dan
kotoran ternak
- Kalsium karbonat secukupnya
untuk mengontrol pH
Langkah pembuatan media bibit
produksi, yaitu :
a. Jerami dipotong-potong
dengan ukuran 2,5 cm dan dibasahi dengan air dan tiga hari kemudian dicampur
dengan kotoran ternak.
b. Campuran tersebut
dikomposkan selama 30 hari dengan tiga kalipembalikan.
c. Hasil pengomposan
ditambahkan dengan 1% kotoran ayam yang telah dikomposkan dan ditambahkan 1 %
gipsum selanjutnya media dibasahi dengan air hingga kadar air media 60%.
d. Media dikontrol tingkat
keasamannya dan dijaga pada pH 9 dengan menambah kalsium karbonat.
e. Media siap diinokulasi
dengan bibit induk dan dipelihara hingga badan buah jamur kancing siap untuk
dipanen.
2. Media bibit produksi jamur
kuping dapat juga menggunakan resep sebagai berikut :
- Jerami padi kering 45,5%
- Kotoran ternak kering 45,5%
- Kulit kacang tanah 1,7%
- Gipsum 0,9%
- Amonium sulfat 0,5%
- Urea 0,5%
- Kalsium superfosfat 4,5%
- Kapur (kalsium karbonat) 0,9%
Langkah pembuatan media bibit
produksi, yaitu :
a. Jerami dipotong-potong
dengan ukuran 2,5 cm dicampur dengan bahan yang lain secara merata dan dibasahi
dengan air hingga kadar air 60%.
b. Campuran tersebut
dikomposkan selama 16 hari dengan empat kali pembalikan.
c. Media dikontrol tingkat
keasamannya dan dijaga pada pH 9 dengan menambah kalsium karbonat.
d. Media siap diinokulasi
dengan bibit induk dan dipelihara hingga badan buah jamur kancing siap untuk
dipanen.
3. Media bibit produksi jamur
merang digunakan resep sebagai berikut :
- Merang/jerami padi 1000 gram
- Bekatul 20
gram
- Kapur 10 gram
dapat juga ditambahkan dengan
Serbuk gergaji kayu 1000 gram
Langkah pembuatan media bibit
produksi, yaitu :
a. Merang/jerami padi kering dipotong-potong
dengan ukuran 3 - 5 cm direndam dalam air selama 3 – 4 jam kemudian ditiriskan
hingga kadar airnya 60 – 70%.
b. Merang/jerami padi tersebut
selanjutnya ditambahkan dengan bahan yang lain dan dicampur secara merata .
c. Media telah siap untuk
dimasukkan kedalam botol dan disterilkan.
d. Media disterilkan dengan
menggunakan autoclave dengan tekanan 15 lb suhu 12oC
selama 30 menit, kemudian media didinginkan selama 24 jam.
e. Media siap diinokulasi
dengan bibit induk dan dipelihara hingga badan buah jamur kancing siap untuk dipanen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar