Rabu, 09 Mei 2012

Kekayaan Hayati Indonesia


JAMUR TIRAM
Oleh : Sugiarto

Perkembangan industri pangan di negara-negara sedang berkembang, khususnya Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat. Meningkatnya pertambahan penduduk di Indonesia yang cepat menyebabkan kebutuhan produk bahan pangan juga meningkat. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengusahakan penganekaragaman bahan pangan. Komoditi bahan pangan yang selain dapat meningkatkan nilai ekonomis, juga meningkatkan kalori dan gizi serta protein tetapi kandungan kolesterolnya rendah adalah jamur. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi tinggi antara lain protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jenis asam amino yang terkandung dalam jamur tiram adalah isoleusin, lisin, methionin, sistein, penilalanin, tirosin, treonin, triptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam aspartat, asam glutamat, glisin, prolin, dan serin. Jamur tiram memiliki sifat mentralkan racun dan zat-zat radioaktif, menghentikan pendarahan, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh. Daya tarik jamur tiram adalah pada warna tubuh buahnya yang bervariasi mulai dari putih (disebut tiram putih), kecoklatan, keabu-abuan, kekuning-kuningan dan kemerah-merahan.
Jamur merupakan organisme eukariot (sel-selnya mempunyai inti sejati) yang digolongkan ke dalam kelompok cendawan sejati dengan dinding sel jamur terdiri atas zat kitin. Tubuh atau soma jamur disebut hifa yang berasal dari spora dan sel jamur tidak mengandung klorofil. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dari bahan organik yang ada di sekitar dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa kemudian diserap. Jamur tiram membentuk struktur reproduksi seksual yang berada di dalam struktur tubuh buah yang bentuknya mencolok dan ukurannya makroskopik. Perbedaan struktur dalam alat berbiak merupakan dasar untuk membuat klasifikasi jamur. Sebagian besar jamur pangan digolongkan dalam kelompok basidiomiset dan hanya beberapa jenis dari kelompok askomiset. Jamur dari kelompok basidiomiset menyusun sporanya dalam kelompok empat empat pada ujung bangunan berbentuk gada yang disebut basidium. Sementara jamur askomiset membentuk sporanya dalam kelompok delapan-delapan di kantong khusus yang disebut askus.  Jamur sebagai tanaman memiliki inti, berspora dan merupakan sel-sel lepas atau bersambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang). Hifa jamur terdiri atas sel-sel yang berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membentuk jaringan yang disebut miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pinhead (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang menjadi badan buah. Pada awal perkembangan miselium, jamur melakukan penetrasi dengan melubangi dinding sel kayu. Proses penetrasi dinding sel kayu dibantu enzim pemecah selulosa, hemiselulosa dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium (Djarijah dan Djarijah, 2001). Pertumbuhan badan buah jamur dibedakan menjadi tiga stadia, yaitu (1) stadia pinhead, berupa tonjolan dan merupakan bentuk awal dari calon jamur (2) stadia kancing (button stage), berupa bentuk kancing dan jamur muda dan (3) stadia masak, yaitu jamur utuh yang tudungnya sudah lebar penuh, tetapi lamella belum membuka (Suhardiman, 1998).
Jamur tiram yang banyak dijumpai adalah jamur tiram putih (P. ostreatus) tetapi adapula jenis lain yang berwarna merah jambu (P. flabellatus) dan hitam (P. cystidiosus). Pleurotus spp. umumnya hidup pada kayu sebagai saprob meskipun satu jenis yaitu P. eryngii dapat hidup sebagai parasit. Bakal tubuh buah atau primordia dari basidiomiset adalah gumpalan kecil yang terdiri dari kumpulan miselia yang akan berkembang menjadi tubuh buah.  Diameter tubuh buah sekitar 1 mm. Primordia berkembang dan pada tubuh buah muda terlihat bagian-bagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang terletak tidak di tengah tudung. Pada permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai.  Pada lamela terdapat sel-sel pembentuk spora (basidium), yang berisi basidiospora. Basidiospora biasanya dibentuk pada saat tubuh buah dewasa mengalami kematangan. Selama tepi tudung masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Pada saat tepi tudung meregang penuh tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh dan spora-spora dapat dilepaskan.  Spora pada jamur berfungsi untuk alat reproduksi dan bertahan.  Spora bisa diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium menghadap ke bawah pada selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah beberapa jam, terkadang tidak sampai esok harinya, lapisan spora akan terkumpul. Warna spora terbagi ke dalam 4 atau 5 tipe umum, yaitu: putih, merah muda, kuning tanah dan ungu kehitaman, namun kelompok terakhir dapat dibedakan lagi menjadi ungu dan hitam. Warna spora kadang-kadang dapat dilihat secara visual dengan melihat lamela pada jamur dewasa, tetapi kadang-kadang warna dari lamella menyembunyikan warna sporanya. Pada umumnya jamur berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara taksonomi kelompok ini masuk ke dalam kerajaan fungi dengan beberapa kelasnya. Jamur mempunyai bentuk tubuh mulai dari yang sederhana yaitu satu sel dan uniseluler, kemudian bentuk serat atau filamen, sampai dengan bentuk lengkap seperti halnya jaringan lengkap pada tanaman biasa. Jamur dikenal sebagai kelompok kapang (jasad renik) dan kelompok mushroom (supa). Dari sisi kehidupannya jamur saprofitis, yaitu jamur yang hidup dari organisme yang sudah mati ataupun dari sisa bahan organik atau zat buangan seperti misalnya pada timbunan sampah, tanaman, hewan yang mati, dan bahan makanan yang disimpan. Kelompok yang kedua adalah jamur yang parasitis yaitu yang hidup menumpang pada organisme lain yang masih hidup (Siniati, 2005). Kumpulan hifa atau miselium akan berbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul itu berbentuk bundar atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jamur (pin head) atau primordial. Simpul akan membesar dan membentuk stadia kancing kecil atau small button, selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cendawan (Volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia yang terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah.  Gambar 






1. Siklus Hidup Cendawan Basidiospora


Spesies : Pleurotus ostreatus (Tiram Putih)
Pleurotus ostreatus var. Florida (Tiram Coklat)
Pleurotus citrinopileatus (Tiram Emas)
Pleurotus flabelatus (Tiram Merah Muda)
Pleurotus dsapidus (Tiram Hitam)
Pleurotus sajor-caju (Tiram Abalon)
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (bahasa Latin: Pleurotus) dan bentuknya seperti tiram
(Ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5 – 20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran 8-11 × 3-4 μm. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Sedangkan jamur tiram merah termasuk keluarga Agaricaceae atau Tricholo mataceae dari kelas Basidiomycetes.
Nama-nama jamur tiram biasanya dibedakan menurut warna tudung tubuh buah atau sporanya. Jamur tiram merah memiliki tudung berwarna kemerah-merahan atau merah jambu. Selain Pleurotus flabellatus, jamur tiram merah juga disebut dengan Pleurotus djamor, atau Pleurotus salmoneostramineus,atau Pleurotus incarnates Jenis jamur kuping Auricularia polytricha jamur Shitake (Lentinus edodes)
jamur tiram dapat dibedakan jenisnya berdasarkan warna tubuh buahnya, yaitu:
a. Pleurotus ostreatus; berwarna putih kekuning-kuningan
b. Pleurotus flabellatus; berwarna merah jambu
c. Pleurotus florida; berwarna putih bersih (shimeji white)
d. Pleurotus sajor caju; berwarna kelabu (shimeji grey)
e. Pleurotus cystidious; berwarna abalon (kecoklatan)
Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media tanam, setiap rumpun memiliki percabangan yang cukup banyak sedangkan jamur tiram coklat mempunyai rumpun yang lebih sedikit dibandingkan dengan jamur tiram putih dan tiram merah serta tiram abu-abu tetapi memiliki tudung yang lebih tebal dan memiliki daya simpan panen badan buah jamur yang lebih lama. Jamur tiram tumbuh dan berkembang sepanjang tahun di daerah beriklim dingin sampai daratan tropis beriklim panas. Miselium jamur tumbuh optimal pada suhu 25 ºC-30 ºC, sedangkan tubuh buah dari sebagian besar spesies (jenis) jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18 ºC-20 ºC.

Gambar 2. Morfologi Jamur Tiram Putih

Perkembangan budidaya jamur kuping di Indonesia semakin pesat, sehingga saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan jamur kuping merupakan jamur kosmopolitan atau dapat hidup dimana saja, mulai dari kawasan hutan pantai sampai dengan pegunungan tinggi dengan persyaratan tempatnya cukup lembab. Disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping), dan dikenal juga ada empat jenis yaitu:
a. Auricularia auricula – Judae (tubuh buah lebar dan tebal)
b. Auricularia polytricha (tubuh buah kecil dan tebal)
c. Auricularia cornea (seperti Auricularia auricula)
d. Auricularia fuscosuccinea (seperti Auricularia polytricha)
Warna tubuh buah pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Siklus hidup jamur kuping seperti halnya jamur tiram maupun shiitake meliputi; tubuh buah sudah tua menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan dan berjumlah banyak. Selanjutnya spora tersebut jatuh pada tempat yang sesuai dengan persyaratan hisupnya seperti kayu mati atau bahan berselulosa dan dalam kondisi lembab, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk miselia dengan tingkatan:
a. Miselai primer yang tumbuh terus membanyak dan meluas.
b. Miselai sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselia pada bagian permukaan miselia sekunder dengan diameter 0,1 cm).
c. Dari primordial akan tumbuh dan berbentuk kuncup tubuh buah pada tingkat awal yang semakin lama semakin membesar (3-5 hari)
d. Dari primordia tersebut akan tumbuh tubuh buah jamur berbentuk melebar, serta pada saat tua akan dipanen.
Selain aman dikonsumsi, bersifat non kolesterol, dan berkhasiat sebagai obat dan penawar racun yang dihasilkan dari lendir jamur kuping.  Secara umum ciri jamur kuping adalah berdaging lunak seperti agar-agar, sedikit elastis, tembus cahaya, mudah pecah jiks dikeringkan, dan tidak berbau atau beraroma. Warnanya tergantung dari jenisnya, yaitu dari putih, kemerah merahan, kecoklatan, keunguan, sampai hitam. Bila dikeringkan jamur kuping cenderung berubah warna menjadi coklat kehitaman 


Gambar 3. Jamur kuping dengan bagian-bagian : a) tudung; b) batang yang mengalami rudimenter
Jamur Shitake (Lentinus edodes)
Jamur shitake Jamur Apem (Indonesia) memiliki tudung yang menyerupai payung, berwarna kuning kemerahan sampai coklat tua. Lebarnya bervariasi 2,5 – 20 cm, bentuknya cembung sampai agak datar dan atau berputing kecil pada bagian tengahnya; permukaan tudung dan batangnya kering, berserat dengan kutikula yang bersisik.  Bagian bawah tudung terdapat lamella (insang) yang berisi spora. Bilah berwarna keputihan, warna berubah menjadi coklat kemerahan dan menjadi coklat tua dengan bertambahnya umur. Tangkai tudung berwarna sama seperti tudungnya,padat, keras dan kuat; ukuran bagian dasarnya agak membesar. Panjang tangkai 3– 9 cm, diameter 0,5 – 1,5 cm, permukaan diselimuti cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina.
Gambar 4 . Morfologi badan buah/tudung jamur.
(A) Jamur Shitake
(B) Jamur Kuping
(C) Jamur Tiram Merah
(D) Jamur Tiram Putih

SITOLOGI JAMUR
Jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. (Gambar 5).


Gambar 5. Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah
(Sumber : http://ilmupedia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=24&fontstyle=f-smaller )
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat. Struktur tubuh jamur dari golongan Basidiomycotina pada umumnya lebih mudah diamati. Spora tumbuh menjadi miselium dan hifanya bersekat-sekat. Miselium ini menyusun tubuh-tubuh buah yang disebut basidiokarp . Bentuk basidiokarp beraneka ragam, ada yang serupa payung, papan, bentuk lembaran yang berliku-liku, dan bentuk cakram. Di dalam tubuh buah terdapat anyaman hifa yang ujungnya menggelembung yang disebut basidium. Banyak tubuh buah dari jamur Basidiomycotina yang dapat dimakan seperti: jamur merang (Volvariella volvacea) ; jamur kuping (Auricularia polytricha); dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).


Gambar 6. Tubuh jamur merang (Volvariella volvacea) :
(1)    dilihat dari atas; (2) dilihat dari bawah; (3) jamur yang masih muda; (4) potongan melintan melalui bagian tepi
(Sumber : : http://118.98.216.59/subdom/modul/bahan/sma_bio_jamur_2008/bab2_B.htm)

Gambar 7. Tudung buah jamur kuping (Auricularia polytricha)


Gambar 8. Tudung buah jamur tiram (Pleurotus ostreatus).


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Reproduksi secara aseksual maka jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Spora bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga
beberapa tahun, dimana pada akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis. Siklus hidup jamur dengan reproduksi secara seksual dan aseksual ditampilkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Siklus hidup jamur kelas Basidiomycota.
(Sumber : htt:p//kentsimmons.uwinnipeg.ca/.../lb2pg24.htm)

Sitologi Jamur
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel dan bagian-bagiannya dan dapat diamati hanya dengan menggunakan mikroskop. Sel jamur termasuk sel eukariotik dimana dinding selnya terdiri dari zat kitin. Unit dasar sel jamur disebut dengan hifa. Hifa tumbuh tidak beraturan sesuai dengan arah percabangan yang dibentuk. Kumpulan hifa-hifa tersebut disebut miselium. Hifa mengandung
nukleus, vakuola, mitokondria, ribosom, badan golgi, retikulum indoplasma, plasmalema dan pori-pori. Bentuk sel jamur ditampilkan seperti Gambar berikut ini.

Gambar 10. Sel jamur dan organel-organelnya
(Sumber :www.microbiologybytes.com/introduction/myc1.html)

Sel jamur termasuk sel eukariotik namun memiliki perbedaan dengan sel tanaman dan hewan. Pada sel tanaman dinding selnya merupakan bahan mati/ekstrasel yang rumit. Dinding sel tanaman terdiri dari serabut selulosa dimana masing-masing serabut dihubungkan oleh glikoprotein, hemiselulosa dan pektin. Pada jamur dinding selnya berasal dari zat kitin, sedangkan pada sel hewan tidak terdapat dinding sel. Pada sel tanaman terdapat kloroplas sehingga tanaman dapat melakukan fotosistesis yaitu suatu proses perubahan dari bahan anorganik menjadi organic (tanaman dapat memproses makanannya sendiri). Pada sel jamur dan sel hewan tidak memiliki kloroplas yang berakibat jamur dan hewan tidak dapat memproses makanannya sendiri dimana pada jamur sumber nutrisi harus disediakan dari substrat tanamnya sedangkan hewan sumber nutrisi diperoleh dari mahluk hidup lainya. Perbedaan sel tanaman dan hewan ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Perbandingan antara sel hewan dan tanaman
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)
Inti Sel (Nukleus)
Inti sel memiliki selubung inti yang terdiri dari dua lapis membrane dengan pori-pori pada interval tertentu. Nukleus mempunyai anak inti (nukleulus). Nukleus mempunyai fungsi, antara lain : mengontol dan menghasilkan zat yang dibutuhkan pada proses metabolisme, membawa bahan genetis yang terdapat dalam kromosom yang akan diwariskan kepada keturunannya. Hal tersebut ditentukan oleh DNA dan kromatin dimana DNA akan melakukan transkripsi sedangkan kromatin akan mengalami proses replikasi. Gambar inti sel dengan kromosom dan kromatin ditampilkan sebagai berikut :

Gambar 12. Inti sel dengan kromosom dan kromatin
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)

3.3.9 Vakoula
Vakoula merpakan organel yang memiliki membran terutama terdapat pada bagian-bagian hifa yang tua. Vakoula memiliki peran antara lain : 1) memdekatkan sitoplasma ke dinding agar transportasi zat dapat berjalan lancer dan cepat, 2) membuat sel yang masih muda jadi kukuh dan tegang, 3) sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan,seperti asam amino, gula, protein, mineral dan asam-asam organik, 4) sebagai tempat sisa metabolisme seperti gas CO2 dan NH3, kristal dan garam-garam organik; 5) tempat menyimpan produk metabolit sekunder, dan 6) memberi warna karena mengandung pigmen. 

Mitokondria
Mitokondria yang terdapat pada sel jamur sering ditemukan bergerombol di daerah yang aktivitasnya metabolismenya tinggi. Mitrokondria memiliki bentuk, ukuran dan jumlah bervariasi tergantung pada jaringan dan fungsi sel tersebut. Mitokondria diselubungi oleh membran rangkap sama seperti nukleus, yaitu membran luas dan dalam. Membran tersebut akan membagi ruangan mitokondria menjadi : matrik yang berisi cairan seperti gel yang dibatasi membrane dalam, dan ruang antar membran yang berisi cairan encer. Membran luar, membran dalam dan ruang antar membran mengandung bermacam-macam enzim. Membran luar dan membran dalam berbeda struktur dan fungsinya. Membran dalam mempunyai lekukan dan lipatan-lipatan masuk ke dalam matrik. Tonjolan disebut krista dan bentiknya bermacam-macam. Pada krista terdapat banyak zat berbentuk bola yang menempel pada krista, dimana bola-bola tersebut dinamakan oksisoma. Matriks mengandung enzim-enzim siklus Krebs dimana mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi sel dan sintesa ATP.Mitokondria dapat diilustrasikan dengan Gambar berikut :


Gambar 13. Mitokondria dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)

Ribosom
Ribosom merupakan struktur terkecil yang terdapat dalam sel, berbentuk bulat atau lonjong, diameter 15 – 25 nm. Ribosom berperan sebagai tempat sintesis protein dengan bantuan enzim sintetase dan terdiri dari dua sub unit yaitu 40S dan 60S. Pada sel yang aktif sedang aktif melakukan sintesis protein maka ribosom dapat mencapai 25% dari bobot kering sel. Ribosom dapat diilustrasikan
dengan Gambar berikut :


Gambar 14. Ribosom dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)

Lisosom dan Peroksisom
Lisosom adalah organel yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dengan dengan ciri khas terdapatnya enzim fosfatase. Secara fisiologis ditemukan dua jenis lisosom yaitu lisosom primer dan sekunder. Lisosom primer hanya berisi enzim-enzim hidrolase sedangkan lisosom sekuder berisi enzim enzim hidrolase dan juga substrat yang sedang dicerna Lisosom berfungsi sebagai alat pencerna dalam sel dan sebagai alat penghancur bahan-bahan yang tidak dibutuhkan oleh sel. Peroksisom adalah organel yang berbentuk vesikuli. Lumen peroksisom berisi enzim-enzim katalase. Peroksisom sangat penting untuk perlindungan sel dari penimbunan H2O2. Lisosom dan peroksisom dapat diilustrasikan berikut :

Gambar 15. Lisosom dan peroksisom dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)

Plasmalema
Plasmalema adalah tempat berlangsungnya difusi secara selektif, transport aktif, sitosis, penerima dan penyampai rangsangan serta respon komunikasi antar sel.

Pori-pori
Pori-pori (gap) adalah bagian bagian yang berperan sebagai tempat komunikasi antar sel, transpor ion dan metabolit, transpor arus listrik dengan tegangan rendah, koordinasi gerakan dan aktivitas sebaran berbagai zat secara merata dan transpor zat induktor.

Badan Golgi
Badan golgi terdiri dari beberapa ruangan dengan berbagai bentuk. Setiap ruangan dikelilingi oleh membran yang strukturnya sama dengan membrane plasma. Badan golgi terdiri dari beberapa kantong pipih (sisterna) dimana masing-masing sisterna memiliki membran agranular. Tumpukan sisterna disebut diktiosom dimana setiap sisterna disebut juga dengan sakulus. Disekitar diktiosom terdapat dua kelompok vesikuli (bola-bola kecil) yaitu : vesikuli peralihan dan vesikuli sekretoris. Badan golgi mempunyai peran sebagai tempat pembentukan karbohidrat, membentuk membran plasma dengan cara seperti pada pelepasan butir-butir sekresi pada permukaan sel, menghasilkan enzim yang dapat digunakan pada proses penggabungan gugus oligosakharida ke molekul protein seperti pada glycosyl transferase menjadi glukoprotein. Badan golgi dapat diilustrasikan berikut :

Gambar 16. Badan golgi dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)

Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) adalah sistem membran yang sangat luas (50% dari total membran yang terdapat dalam sel) yang terdapat di dalam sitoplasma. Membran retikulum endoplasma berlipat-lipat membentuk suatu  ruangan yang disebut lumen. RE atau sistem RE berbentuk labirin. Terdapat dua daerah RE yang berbeda secara fungsional yaitu RE yang permukaan sitosolik, dimana membrannya ditempeli ribosom disebut dengan retikulum endoplasma granular (REG) sedangkan RE yang permukaan sitosolik, dimana membrannya tidak ditempeli ribosom disebut dengan retikulum endoplasma agranular (REA).  Retikulum endoplasma dalam bekerjanya memiliki hubungan dengan organel lain seperti membrane nukleus dan badan golgi juga berhubungan dengan metabolisme lemak, mineral dan sebagai tempat perlekatan molekul enzim.  Retikulum endoplasma ditampilkan pada Gambar berikut. 

Gambar 17. Retikulum endoplasma dengan bagia-bagian organelnya
(Sumber : http//e-lsa.net/downloads/bab4sel.pdf)

4.1 Ekologi Jamur Kayu
Jamur kayu yang termasuk di dalamnya antara lain jamur tiram (tiram putih, tiram coklat, dan tiram merah), jamur kuping dan jamur shitake secara umum memiliki ekologi yang tidak jauh berbeda. Ekologi tersebut antara lain menyangkut habitat, kebutuhan nutrisi, dan syarat tumbuh. Pengetahuan ini sangat penting bagai pengembangan jamur kayu baik ditinjau dari segi nutrisi dan pengembangan teknik budidayanya. Jamur tiram putih memiliki ekologi yang sangat spesifik dibandingkan dengan jenis jamur kayu yang lain. Ekologi yang dimaksudkan tersebut menyangkut habitat, kebutuhan nutrisi, dan syarat tumbuh. Pengetahuan ini sangat penting bagi pengembangan jamur tiram ditinjau dari segi nutrisi dan pengembangan teknik budidayanya.
Jamur tiram dapat ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji kayu. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 25-39C. Agar bakal tubuh buah terbentuk biasanya dibutuhkan kejutan fisik seperti perubahan suhu, cahaya, tingkat CO2, kelembaban relatif udara dan aerasi. Suhu substrat yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroflora termofilik. Mikroorganisme termofilik tumbuh pada kisaran suhu 30-55C, ketika tumbuh mikroorganisme tersebut menghasilkan panas yang lebih pada substrat sehingga dapat mematikan miselium jamur yang dibudidayakan. Substrat sebaiknya memiliki konduktivitas panas yang rendah, oleh karena itu susunan tinggi kompos kurang dari 25 cm dan log jamur tidak lebih dari 25 kg. Selama pembentukan
tubuh buah, beberapa jamur sensitif terhadap tingkat CO2 yang tinggi, sehingga tubuh buah yang terbentuk akan memiliki tangkai yang panjang dan tudung yang kecil. Kisaran konsentrasi CO2 yang baik untuk pertumbuhan galur tertentu dari P.  ostreatus antara 550-700 ppm. Faktor cahaya sangat menentukan pembentukan tubuh buah. Beberapa jamur akan membentuk tubuh buah jika kekurangan
cahaya. Untuk pembentukan tubuh buahnya Pleurotus spp. diperlukan 8 jam penyinaran cahaya, namun Pleurotus yang tumbuh tanpa cahaya akan membentuk struktur seperti koral dengan banyak tangkai yang bercabang. Jamur tiram putih termasuk golongan jamur mesofil, untuk pertumbuhan
miselium kisaran suhu yang sesuai 7 – 37 C dan optimumnya 26 – 28 C; untuk pembentukan tubuh buah, kisaran suhu yang diperlukan 12 – 30 C. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme. 
Budidaya Jamur Tiram
Pengetahuan terhadap teknik budidaya jamur merupakan hal yang sangat mendasar dalam kaitannya untuk mengembangkan dan mendalami tentang jamur tiram dan jenis jamur lainnya. Secara sederhana teknik budidaya jamur dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun tanpa harus menuntut jenjang pendidikan yang tinggi. Di dalam budidaya jamur yang penting adalah ketrampilan dan penguasaan teknik serta sterilisasi. Pemahaman terhadap biologi jamur juga memegang peran dalam mencapai suatu target ekonomis. Budidaya jamur dapat dioptimalkan jika lingkungan tumbuhnya dapat dipenuhi. Perkembangan teknologi akhirnya menutut para ilmuwan untuk mengembangkan sistem teknik budidaya jamur dengan pola modern. Secara alami bahwa jamur tiram mampu tumbuh di alam bebas meskipun jumlah dan produksinya tidak bisa optimal. Keadaan ini menuntut kajian-kajian.  lebih lanjut agar jamur tiram dapat dibudidayakan dengan luas dan mudah oleh masyarakat. Secara umum budidaya jamur tiram dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok pendukung antara lain bahan atau media, bibit jamur, lingkungan tumbuh. Beberapa Fotograp dari jamur konsumsi sebagai berikut :


Gambar 18. Tudung jamur tiram merah, kuping dan tiram putih




Gambar 19. Jamur liar tumbuh di alam bebas
Jamur dialam bebas pada lingkungan yang cocok meskipun jumlahnya sedikit. Filosofi ini mengilhami para ilmuwan untuk mendalami dan mempelajari dengan seksama tentang persyaratan tumbuh jamur tiram.

Jamur yang mampu tumbuh di alam secara bebas adalah jamur yang memiliki tingkat adaptasi pada lingkungan tumbuhnya sangat tinggi.  Jenis jamur tiram demikian dapat dikembangkan dan di breeding untuk memperoleh jenis strain baru yang mampu beradaptasi pada lingkungan sangat ekstrem. Keadaan ini sebenarnya memberikan gambaran bahwa jamur dapat dibudidayakan secara bebas di alam atau di luar tanpa sentuhan teknologi tinggi

Gambar 21. Jamur kuping (Auricularia Sp) Namun disadari sepenuhnya faktor luar adalah beragam dan sebagai faktor pembatas keberhasilan dalam proses budidaya jamur tiram. Oleh karena itu dalam budidaya jamur tiram yang professional pengelolaan terhadap factor lingkungan harus diperhatikan. Kelembaban yang dikehendaki adalah 80 – 90 % dan temperature pada ruang budiaya berkisar 22 °C. Disamping itu kumbung harus gelap dan pada proses pertumbuhan jamur juga memerlukan cahaya namun jamur tiram tidak menghendaki cahaya langsung masuk pada kumbunhg jamur tersebut.

Pembuatan Media Tumbuh Jamur
Budidaya jamur tiram secara komersial memang menuntut suatu ketrampilan yang sangat jeli serta pengalaman kerja cukup. Mengapa demikian dalam budidaya jamur tiram secara komersial adalah berorientasi pada profit, sehingga segala proses produksi akan diukur dengan keluaran yang diperoleh dalam hal ini adalah keuntungan. Jika dalam proses produksi tidak dikelola dengan baik maka bisa terjadi kerugian akibat salah dalam perhitungan atau pengalaman ketrampilan masih minim.  Untuk efisiensi waktu dan tenaga sebaiknya pada saat akan melakukan persiapan pembuatan media siapkan terlebih dahulu seluruh alat dan tempat pendukung untuk pencampuran. Peralatan harus selalu dalam kondisi bersih demikian juga tempat atau lantai tempat mengaduk harus bersih. Kondisi bersih dari sarana dan prasarana akan sangat menunjang. Tempat atau ruang pengadukan harus selalu dalam keadaan bersih dan steril karena pada awal inilah semua akan dipertaruhkan jika tidak terantisipasi lebih dulu.  Bahan baku yang akan dipakai sebagai media harus di pilih yang bagus. Serbuk kayu yang dipergunakan sebagai media tidak semua jenis kayu dapat dengan mudah diperoleh dan bibit jamur cepat tumbuh. Pemilihan jenis serbuk kayu juga menentukan besarnya keuntungan akhir. Jenis serbuk kayu jati dengan serbuk kayu sengon atau yang lain berbeda kualitas hasil dan lama media untuk dipergunakan sebagai media tumbuh. Kemampuan menghasilkan panenan cukup tinggi dan tahan lama dipergunakan sebagai media tumbuh khususnya jenis kayu jati. Kondisi serbuk kayu harus dalam keadaan kering dan bersih dari kontaminan serta ukuran sebaiknya dalam keadaan seragam jika perlu diayak terlebih dahulu.  Dalam persiapan media tumbuh dalam hal ini serbuk kayu memang banyak cara yang dilakukan misalnya dilakukan pencucian terlebih dahulu.
Pencucian ini dimaksudkan untuk menghilangkan getah. Pencucian dilakukan dengan memberi air dalam kondisi cukup kemudian ditiriskan. Secara tidak langsung dengan pencucian ini serbuk kayu sudah melakukan proses penyerapan air dan sekaligus akan dipergunakan sebagai proses awal dekomposisi. Meresapnya air pada serbuk kayu maka akan terjadi reaksi kimia dengan menggunakan energi laten yang disimpan oleh serbuk kayu dan air tersebut. Meskipun tidak dilakukan penutupan. Namun biasanya petani setelah melakujkan pencucian kemudian ditiriskan dan setelah air sudah tidak mengalir atau tertetes maka dilakukan pencampuran awal. Setelah tercampur dengan sempurna maka selanjutnya ditutup rapat maka proses perombakan akan terjadi didalam tumpuk serbuk kayu selama beberapa waktu. Persiapan bahan campuran harus dilakukan secara seksama dan bahan yang dipergunakan harus baru jangan berspekulasi menggunakan bahan yang sudah usang atau tidak layak pakai. Dengan demikian kepastian penggunaan barang sudah dapat dijamin kualitas bahan yang akan dipergunakan. Komposisi bahan yang akan dicampur juga akan menentukan keberhasilan dari kualitas jamur serta kecepatan pertumbuhan dari miselium jamur. Pencampuran harus dilakukan dengan rata setelah dipastikan bahwa campuran telah sempurna maka lakukanlah pemberian air secukupnya sampai pada kondisi serbuk terkepal tidak pecah namun tidak mengeluarkan air. Gambar
proses pembuatan media ditampilkan pada Gambar 22 berikut :

Gambar 22. Pencampuran Media Serbuk Gergaji
Pengomposan serbuk kayu
Pengomposan banyak cara yang dapat dilakukan oleh petani jamur namun demikian secara sederhana hendaknya proses ini dapat dengan mudah dilakukan oleh petani dan sangat praktis. Dengan teknik pengadukan sempurna serta campuran yang sesuai jika dilakukan penutupan pada serbuk gergaji tersebut akan menghasilkan panas. Hasil fermentasi dari serbuk kayu tersebut jika sudah berjalan maka akan menghasilkan panas pada serbuk kayu tersebut berkisar 50 – 60°C. Pengomposan yang tidak menghasilkan panas dapat diperkirakan bahwa proses pencampuran atau komposisi bahan yang dicampurkan tidak benar.  Hasil pengomposan diharapkan kandungan air mencapai 50 % hal ini dapat dengan mudah dilakukan kontrolnya yakni sampel dari kompos yang telah jadi di kepal rapat apabila kompos tersebut sudah tidak meneteskan air berarti kompos tersebut dapat dipergunakan pada proses selanjutnya. Pengomposan yang telah berjalan dengan baik akan menimbulkan perubahan komposisi senyawa kimia pada campuran yang diformulasikan. Untuk mendapatkan hasil kompos yang sempurna maka harus dilakukan pembalikan setiap hari. Pembalikan yang kurang sempurna dapat mendorong pertumbuhan jamur liar yang nantinya sebagai faktor kontaminan yang bisa mengganggu dalam budidaya jamur tiram. Keadaan ini sangat tidak diharapkan kehadiran kontaminan pada jamur tiram yang dibudidayakan secara komersial.
Perbandingan komposisi campuran media yang akan dikomposkan banyak formulasi yang diterapkan oleh petani. Dalam teknik penggunaan campuran media tidak ada aturan baku namun dari hasil kajian dapat diambil rata-rata perbandingannya adalah setiap 50 kg serbuk kayu dicampur dengan 0.05 kg kalsium karbonat, 0.25 kg urea dapat juga ditambahkan 0.25 kg SP-36 serta 0.35 kg K Cl. Penambahan bekatul sebaiknya hanya 10 % saja dari total campuran demikian juga tepung jagung tidak lebih dari 5 %.  Setiap petani jamur menerapkan hasil pengalamannya masing-masing, tentunya campuran yang dipergunaakan juga berbeda sesuai dengan bahan baku yang ada. Prinsip dalam pencampuran yang dikembangkan adalah bagaimana cara memberikan media yang baik agar jamur yang akan dibudidayakan akan tumbuh dengan bagus. Banyak teknik dan bentuk maupun cara berbudidaya sebagian petani sudah banyak yang mengembangkan teknik budidaya dengan memberikan nutrisi tambahan sebagai suplemen. Upaya ini semua akan merujuk pada bagaimana cara meningkatkan produksi jamur tiram namun yang perlu diperhatikan adalah jika memberikan tambahan nutrisi seberapa jauh kontribusinya terhadap keuntungan atau nilai ekonomisnya sampai berapa jauh. Penambahan suplemen yang kurang memberikan keuntungan secara signifikan sebaiknya tidak dipakai karena jika berbisnis jamur tanpa perhitungan yang cermat akan sangat fatal.
Hasil pengomposan diharapkan akan menjadikan lingkungan tumbuh jamur yang optimal. Kompos yang telah matang ditandai dengan adanya suhu stabil dalam tumpukan kompos yang berkisar antara 50 – 60 °C. Jamur tiram akan tumbuh baik pada media tumbuh yang memiliki pH kompos netral yakni 6 – 7. Hasil kompos yang bagus menghasilkan warna kompos yang coklat dan menunjukan aroma khas kompos serbuk kayu. Proses pengomposan ditampilkan pada Gambar 23 dibawah.

Gambar 23. Cara Pengomposan Media Serbuk Gergaji

Proses Pengemasan Media / Substrat Tanam
Persiapan tempat media tumbuh memang harus dilakukan dengan baikmulai dari plastik untuk log, cicin, penyumbat, karet atau kertas agar proses pewadahan tidak terhambat karena persiapan yang kurang matang. Tempat media tanam juga dapat dilakukan dengan model hamparan besar namun demikian prinsip sterilisasi masih menjadi kunci keberhasilan. Meskipun langkah dalam sterilisasi tidak sama karena pada polybag akan dimasukkan kedalam kantung plastik namun pada sistem hamparan box besar kompos bisa dilakukan sterilisasi dengan drum besar tanpa harus dimasukkan ke dalam plastik terlebih dahulu.  Model polybag memang umum dilakukan oleh petani jamur namun dengan menggunakan box sebagai tempat media tumbuh masih jarang diterapkan oleh petani. Model ini sebenarnya jauh lebih praktis dan tidak membutuhkan dana cukup besar untuk persediaan sarana media tersebut. Box bisa dibuat dari kayu dengan bentuk kotak dan bagian atas juga diberi papan berlubang. Namun untuk menghindari kontaminan Box maka kotak harus disterilkan dulu sebelum dilapisi plastik dan jamur yang telah disteril dimasukkan kemudian ditutup dengan plastic steril dan dilakukan pemadatan.
Media yang dibuat harus benar-benar padat artinya jika menggunakan polybag maka polybag harus penuh dan dipadatkan jangan sampai polybag isian tersebut masih longgar. Media yang tidak padat atau kempos dan ini akan berpengaruh terhadap kemampuan tumbuh jamur dan lama proses produksi.  Disamping itu dengan tidak padatnya media tumbuh maka mesellium akan sering terjadi putus dibagian dalam ini akan banyak mempengaruhi proses pertumbuhan.  Proses pewadahan sangat memegang peran dalam menentukan lama dan tidaknya media tersebut tahan lama dapat dipergunakan sebagai media tumbuh jamur tiram.  Pada polibag yang telah sempurna pewadahannya maka dapat dipastikan siap untuk dilakukan sterilisasi. Proses pengemasan media/substrat ditampilkan pada Gambar 24.

Gambar 24. Pengemasan subtrat jamur dalam bag-log
Proses Sterilisasi
Budidaya jamur tiram secara komersial sangat ditentukan oleh tingkat sterilisasi alat dan bahan. Oleh karenanya pada suatu proses sterilisasi konsentrasi terhadap prasarana, alat, bahan dan tenaga kerja sangat mendominiasi dalam kaitan keberhasilan suatu proses budidaya jamur. Prasarana yang tidak memadai akan menghambat jalannya sterilisasi. Demikian juga terhadap alat dan bahan yang kurang cermat dalam memilih serta kurang pas dalam penggunaan maka dapat memberikan sumbangan tingkat kegagalan pada sterilisasi. Tenaga kerja yang tidak trampil dan terlatih sangat merugikan bahkan dapat menimbulkan kefatalan dalam proses steaming.
Proses sterilisasi sangat membutuhkan tenaga ekstra, waktu cukup panjang, keahlian yang cukup karena hal ini dalam konteks proses produksi membutuhkan biaya cukup besar. Alokasi waktu dalam proses stiem sangat lama jika dalam sekali proses steril tidak cermat atau dilakukan dengan benar maka berhasil atau tidak suatu sterilisasi baru bisa diketahui setelah proses inokulasi dan inkubasi. Jika hasil inkubasi ternyata banyak yang tidak tumbuh atau bayak yang terkontaminasi maka kerugian sudah dapat dibaca dari sudut finansialnya.  Ruang stiem harus benar-benar bersih dari kotoran sebelum dilakukan penempatan log maupun serbuk kayu yang telah di kompos. Alat stiem harus ditutup rapat sehingga udara tidak dapat keluar masuk. Semua komponen alat stiem terlebih dahulu pastikan siap dipergunakan untuk sterilisasi. Kompor dan bahan bakar harus dipersiapkan pada kondisi sempurna sehingga pada saat sterilisasi tidak ada hambatan karena pada saat ini waktu dan tekanan yang stabil sangat menentukan keberhasilan. Penjagaan suhu pada kondisi stabil harus diperhatikan dengan baik selama 6-8 jam dan tidak boleh naik turun kontrol pada saat ini baik terhadap air maupun bahan bakar perlu dijaga. Ketrampilan seorang pekerja pada saat ini sangat diperlukan dalam mengawasi proses stieming karena berkaitan dengan bahan baker. Keteledoran pekerja akan sangat berbahaya karena bisa timbul kefatalan. Di beberapa tempat karena kecerobohan petugas maka sudah sering menimbulkan kerugian besar karena dapat terjadi kebakaran dan kehabisan bahan bakar. Human error sering kali dijumpai pada proses budidaya jamur mulai dari awal sampai akhir. Oleh karena itu management perusahaan harus professional dan butuh kekeluargaan yang baik antara pemilik dan pekerja. Jika proses stiem telah selesai biarkan kompos yang telah disteril dalam ruangan atau drum sampai dingin selama 24 jam. Jika diperkirakan media telah dingin baru pintu atau tutup stiem dibuka. Ruang yang akan dipergunakan untuk inokulasi harus sudah dipersiapkan dan pada kondisi steril. Sanitasi ruang dan pekerja sangat pegang peran karena pada saat inilah seringkali kecerobohan muncul saat mengeluarkan media dari ruang stiem. Proses sterilisasi ditampilkan pada Gambar 25.

Gambar 25. Proses sterilisasi media/substrat

Proses Inokulasi Bibit
Penanaman bibit harus dilakukan pada tempat yang steril atau memerlukan kecepatan teknik menginokulasikan bibit kedalam media tumbuh. Seyogjanya bibit dipilih terlebih dahulu bibit yang masih bagus dan tidak kedalu warsa. Kemudian lakukan persiapan tempat dan alat inokulasi agar kesemuanya dalam keadaan steril maka harus dikondisikan. Ruangan hendaknya disterilkan dulu dengan alkohol 70 % atau lisol dapat juga dipakai formalin. Pada saat ini alat inokulasi harus secara keseluruhan disterilkan terlebih dadulu. Perlu diperhatikan pula bahwa bag log pada bagian penyumbatnya harus disterilkan. Demikian pula jika pakai hamparan proses steril juga harus lakukan pada bagian hamparan tersebut juga lubang box sebagai tempat tumbuh keluarnya jamur. Ruang inokulasi sebaiknya diamkan dulu 1 jam setelah disemprot dengan alcohol atau formalin dan biarkan bau sampai hilang. Nyalakan lampu bunsen dan pakailah masker serta ganti pakaian kerja yang steril
dan lakukanlah inokulasi dengan teknik yang sempurna dan cepat. Bibit yang diambil dari botol sebaiknya bibir botol juga dipanaskan sedikit demikian pula skapel kecil juga dipanaskan diatas bunsen kemudian masukkan kira-kira separuh sendok makan kemudian tutup kembali. Proses inokulasi bibit ditampilkan pada Gambar 26.

Gambar 26. Proses inokulasi bibit
Proses Inkubasi
Inkubasi adalah proses penumbuhan bibit jamur yang telah diinokulasikan pada media tumbuhnya. Pada proses penumbuhan bibit diperlukan ruang inkubasi yang bersih d ruangan dengan formalin 2 %. Kemudian kontrol ruangan tersebut benar-benar dan harus terhindar dari sinar matahari langsung. Sirkulasi udara yang masuk dan keluar tidak terlalu banyak ruang inkubasi yang diharapkan adalah 28 – 30 °C sehingga ruangan inkubasi menjadi hangat. Penataan jumlah polybag sebaiknya tidak tersusun lebih dari 3 ini dapat mempengaruhi pertumbuhan miselium jamur pada polybag posisi berdiri. Pengecekan harus sering dilakukan pada masa inkubasi ini dikhawatirkan terjadi kontaminasi pada jamur tiram tersebut dan biasanya cepat menular sehingga perlu segera diambil dan dibuang. Pada ruang inkubasi sebaiknya petugasnya adalah tetap karena berpengaruh terhadap keluar masuknya udara dan bakteri yang terbawa juga semakin banyak kemungkinannya untuk terikut pada ruang inkubasi.  Perkembangan misellium akan tidak sempurna jika cahaya matahari langsung mengenai ruang inkubasi dan kondisi temperature harus dijaga stabil pada kisaran 28 – 30 °C. Oleh karenanya pengawasan setiap saat perlu dilakukan sambil mengawasi kontaminan yang muncul. Jika ditemui ketidak normalan pada bag log dalam arti ada jamur lain yang tumbuh pada pembibitan tersebut maka harus segera disisihkan agar tidak menyebar. Proses inkubasi ditampilkan pada Gambar 27.

Gambar 27. Proses inkubasi dimana bag-log dengan Posisi berdiri
Proses Penumbuhan
Pada saat proses penumbuhan jamur tiram kondisi kandang jamur atau ruang tumbuh harus dalam keadaan steril dan jika perlu disemprot dengan insektisida. Pastikan dengan keyakinan bahwa kumbung jamur sudah representative untuk penumbuhan jamur tiram. Ruang yang telah disemprot biarkan sampai bau insektisida hilang baru masukkan polybag dan diatur  enataannya. Banyaknya susun dari polybag tergantung pada kekuatan tempat atau rak polybagnya. Jika menggunakan model box besar maka ruang atau kumbungpun harus disesuaikan kebutuhannya. Penataan susunan box harus benar-benar kuat dan mudah untuk merawat serta panen nantinya. Pada budiaya dengan system box besar proses inokulasi dan inkubasi dapat dilakukan sekaligus pada ruang penumbuhan. Karena proses ini dilakukan pada satu tempat maka setting ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan baik temperatur dan kelembabannya. Pada saat inkubasi dengan system box ruang inkubasi harus bisa dikondisikan agar temperature ruang pada kisaran 22 – 28 °C. Keadaan ini tidak terlalu sulit jika dari awal sudah dipersiapkan dengan baik. Bibit akan tubuh dengan kemampuan sangat cepat jika temperature ruang mencapai 25 °C. Pada saat fase penumbuhan bibit maka kondisi ruang tumbuh harus selalu memiliki kelembaban 80 – 90 % dan temperatur berkisar antara 12 – 22 °C. Rang harus selalu dilakukan pengkabutan untuk menjaga kelembaban. Polybag yang telah tertata rapi atau box yang sudah dikondisikan maka harus segera dibuka tutupnya setelah 2 – 3 hari agar jamur segera tumbuh dan dapat keluar pinheadnya. Pada ruangan ini sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung. Cahaya  langsung akan dapat mematikan misellium jamur namun ruangan yang tidak ada cahaya sama sekali maka pertumbuhan batang jamur akan cenderung memanjang dan tudungnya kecil serta jumlah misellium yang berkembang sedikit. Sirkulasi udara cukup penting dalam pertumbuhan jamur tiram. Jamur akan berkembang dengan bagus jika udara yang masuk cukup sehingga proses oksidasi dapat berjalan sempurna. Oleh karena itu ventilasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga udara dapat masuk tanpa mengurangi tingkat kebersihan dan steril ruangan. Ruang tumbuh yang sirkulasi udara tidak bagus maka pertumbuhan jamur akan kurang bagus dan cenderung pertumbuhan jamur memanjang serta tidak bisa tumbu normal. Gambar bag-log di ruang penumbuhan ditampilkan sebagai berikut :

Gambar 28. Bag-log di ruang penumbuhan dengan posisi miring/ditidurkan
Panen
Budidaya jamur tiram pada ruang penumbuhan memang perlu disesuaikan dengan keinginan karakteristik masing-masing jenis jamur. Secara umum ruang penumbuhan atau tempat budidaya suhu optimum berkisar 15 – 22 °C dengan kelembaban berkisar 80 - 90 %. Kumbung yang representatip untuk tumbuh jamur akan berpengaruh sangat besar terhadap keberhasilan suatu budidaya sampai pada tingkat produksi. Secara ekologi bahwa banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberlangsungan proses budidaya jamur tiram. Kumbung diharapkan mempunyai ventilasi cukup sehingga sirkulasi oksigen sangat bagus dan tanaman jamur sangat membutuhkan untuk mempercepat pertumbuhannya. Namun ada suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa jamur lebih senang dan kondusip jika kumbung tidak terkena cahaya matahari langsung sehingga gelap dan kebutuhan akan oksigen berjalan sempurna.  Setelah penempatan bag log tertata rapi maka secara bertahap jamur mulai  keluar dari mulut cicin yang sudah dipersiapkan. Badan buah dalam waktu satu minggu sampai sepuluh hari muncul bergerombol. Dalam kurun waktu 5 hari badan buah tersebut membesar dan membentuk badan buah sempurna. Secara morfologi memang berbeda bentuk dan warna tergantung dari jenis jamur yang dikembangkan. Tentunya jenis tiram dan jamur kuping berbeda bentuk karakteristik serta performannya.
Tudung dari jamur tiram sekilas menyerupai bentuk payung dengan variasi diameter rerata 2 – 20 cm. Bentuk dari tudung berbeda dan permukaannya ada yang datar, cembung, oval dan ada yang berputing kecil dibagian tengah. Di bagian bawah tudung terbentuk lamella atai insang yang mana bagian tersebut berisi spora. Bilah berwarna keputihan kemudian berubah menjadi coklat kemerahan dan menjadi coklat tua hal ini seiring dengan bertambahnya umur jamur. Tangkai tudung berwarna sama dengan tudung namun keras dan padat kuat. Panjang tangkai berkisar 3 – 9 cm dan diameter berkisar 0.5 – 1.5 cm dan bagian dari permukaannya terdapat seperti cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina. Pada awal terbentuknya pinhead pada mulut cincin terlihat benjolan kecil kecil bergerombol. Kemudian berkembang secara cepat dan membentuk seperti kancing baju seringkali pada tahapan ini disebut stadia kancing (Button stage) dan berkembang menjadi jamur muda. Selanjutnya berkembang sejalan dengan persediaan cadangan makanan yang ada dalam media log maka jamur muda berkembang menjadi dewasa dan tudungnya sudah membuka sempurna ini jamur  sudah bisa dipanen pada umur 1 – 1.5 bulan kondisi ini lamella belum terbuka. Jika pemanenan terlambat ditandai dengan tudung membuka sempurna dan lamella membuka. Jamur yang telah tua dan tidak enak untuk dikonsumsi dicirikan bagian pinggir tudung telah mengering dan berubah warna kuning sampai agak coklat. Jamur yang telah lamellanya membuka jika diperhatikan  seakan jamur tersebut mengeluarkan asap atau menguap namun sebetulnya adalah spora yang berterbangan. Spora ini sangat kecil ukurannya 5.5 – 6.5 x 3.0 – 3.5 mikron.
Pemanenan yang bagus dilakukan pada saat pagi hari sekali sehingga setelah dipanen segera jamur bisa dipasarkan dalam bentuk segar. Pada saat pemanenan jamur hendaknya dicabut dengan hati-hati dan harus bersih dari akar atau batang yang terputus. Teknik panen yang tidak sempurna akan merusak lingkungan mikro jamur itu sendiri sehingga dapat terjadi kebusukan didalam log sehingga miselium yang akan tumbuh menjadi terkontaminasi dari busuknya media dan akhirnya mati. Demikian pula teknik panen dan meletakan jamur yang telah dipanen harus hati-hati karena jamur mudah patah dan robek atau hancur sehingga akan mempengaruhi nilai jual jamur tersebut. Tempat atau wadah jamur harus dipersiapkan terlebih dahulu jika dikemas dalam plastic maka persiapkanlah timbangan dan plastik agar siap kemas. Penataan bag log dalam budidaya jamur harus seefisien mungkin karena kumbung jamur biasanya relatif sempit antara rak satu dengan lainnya, sehingga penataan harus optimal dan pada saat panen harus tidak menjadikan sulit teknis pemanenan. Pengaturan yang kurang baik akan mempersulit saat panen dan  perawatan. Sebaiknya kumbung tertutup rapi sehingga memperkecil hama serangga dan tikus atau nyang lain masuk dalam kumbung budidaya. Kondisi kumbung yang lembab harus dipertahankan setiap saat sehingga pengkabutan harus dilakukan setiap pagi jika diperlukan sore bisa dilakukan. Rancang bangun kumbung harus dibuat sedemikian rupa sehingga secara teknik agronomis memenuhi persyaratan lingkungan hidup jamur. Panen yang bagus harusnya bisa terprogram dalam kurun waktu yang diinginkan untuk mengimbangi permintaan pasar sehingga jamur setiap saat tersedia dipasaran. Berikut contoh gambar jamur yang siap untuk dipanen sebagaimana Gambar berikut :

Gambar 29. Gray Oyster Mushrooms

Gambar 30. Flamingo Oyster Mushrooms
Glen Babcock Glen Babcock
Garden City Fungi Garden City Fungi

Gambar 31. Golden Oyster Mushrooms
Glen Babcock
Garden City Fungi
PEMBIBITAN JAMUR
Pada proses pembuatan bibit jamur terutama jamur konsumsi (jamur tiram, kuping, shitake, merang dan kancing/champignon) maka harus diketahui siklus hidup jamur tersebut agar diperoleh bibit yang tepat sesuai dengan jenis bibit dibutuhan. Metode pembuatan bibit jamur dikenal dengan dua cara, yaitu : 1) cetakan spora, dengan mengisolasi dan menumbuhkan spora dan 2) kultur jaringan,dengan mengisolasi jaringan tubuh jamur. Prosedur pembibitan dengan kedua metode tersebut diawali dengan membuat biakan murni. Penumbuhan biakan murni dapat dilakukan pada media agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar ekstrak malt, media agar-agar lengkap, media agar dedak (bekatul) dan media agar-agar dekstrosa kentang. Diantara media-media tersebut yang paling banyak digunakan adalah media agar-agar dekstrosa kentang atau lebih dikenal dengan PDA (Potato Dextrose Agar). Sel dari suatu organisme multiseluler dimanapun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (setiap sel berasal dari satu sel). Eksplan yang berasal dari jaringan tubuh jamur dapat diperoleh dari : batang bawah, batang atas, pangkal bilah, tengah bilah, dan ujung bilah serta dapat pula berasal dari stadia pinhead atau stadia kancing.

Gambar 32. Sumber-sumber eksplan :
 (a) spora, dimana yang terbanyak
dibalik tudung di bagian lamela, (b) batang bawah, ( c) batang atas, (d,e,f) pangkal, tengah, ujung bilah, (g) stadia pinhead dan (h) stadia kancing
Morfologi Badan Buah Jamur
Tubuh jamur terdiri dari dua bagian yaitu tudung (pilleus) dan (tangkai stipe). Pada tudung terdapat bilah (lamela) yang merupakan tempat tumbuh spora. Tudung memiliki diameter antara 4 – 15 cm. Spora tumbuh pada bagian lamela yaitu di bagian insang. Spora memiliki ciri-ciri sebagai berikut : bentuk oval sampai bulat panjang, dinding halus, jejaknya berwarna putih sampai ungumuda atau abu-abu keungauan dengan ukuran 1,5 - 9 x 3 – 4 mikron. Morfologi beberapa jenis jamur ditampilkan pada gambar berikut :

Gambar 33. Morfologi badan buah/tudung jamur. (A) Jamur Kuping
(B) Jamur Tiram Merah (C dan D) Jamur Tiram Putih
Struktur Reproduksi Jamur
Jamur kayu yang termasuk dalam klas Basidiomycetes maka struktur reproduksinya dihasilkan di dalam tubuh buah. Basidiomiset menghasilkan basidiospora yang dibentuk di atas basidium. Pada proses meiosis di dalam basidium terdapat dua inti yang saling melebur sehingga dihasilkan empat inti. Inti ini melalui tangkai yang terdapat pada basidium akan menghasilkan basidiospora. Basidiospora dibentuk pada tangkai kecil yang dinamakan sterigma yang terletak diatas basidium. Bilah-bilah (gills) terdapat dipermukaan bagian bawah dari tudung (payung) dan tersusun secara vertikal. Bilah diselubungi oleh himenium, yaitu suatu lapisan yang mengandung basidium dan basidiospora. Bilah terdiri atas jaringan trama yang merupakan jalinan-jalinan hifa.

Gambar 34. Struktur reproduksi jamur


(Sumber : http://www.nearctica.com/nathist/fungi/gfungi.htm)
Perkembangbiakan Jamur
Jamur dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara seksual dapat terjadi dengan meleburnya dua intidengan terjadinya proses plasmogami, kariogami dan meiosis secara berurutan. Plasmogami adalah proses peleburan protoplasma dua sel yang sesuai. Kariogami adalah proses peleburan dua inti sel estela terjadi proses plasmogami yang akan dihasilkan inti diploid (2n), sedangkan meiosis adalah proses dimana inti yang telah melebur tersebut maka selnya akan mengalami pembelahan dan intinya terreduksi sehingga akan diperoleh empat sel dengan inti yang haploid. Perkembangbiakan secara seksual merupakan satu cara bagi suatu species jamur untuk mempertahanankan diri dimana struktuk reproduksi seksual akan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim dibandingkan dengan struktur soma dan struktur reproduksi aseksualnya. Perkembangbiakan secara aseksual pada jamur dilakukan dengan menggunakan bagian jaringan tubuh jamur.

Gambar 35. Perkembangbiakan jamur secara seksual


(Sumber : http://www.squidoo.com/how-to-grow-magic-mushrooms)

Gambar 36. Basidiosporogenesis. (A) Fase sebelum difusi dikaryotik. (B-D) Fase setelah fusi inti diploid dan meiosis. (E-G) Perkembangan spora dan perpindahan inti kedalam spora. (H) Fase setelah meiosis dan mitosis. (I) Inti kembali pindah kedalam basidia.
(Sumber : Mycological Society of America. From Hasebe et al. (1991)
tolweb.org/Homobasidiomycetes )
Persiapan Ruang, Alat dan Bahan
Dalam Pembuatan Bibit dan pengemasan media bibit, ruang sterilisasi, ruang isolasi dan inokulasi, serta ruang inkubasi Ruang yang dibutuhkan dalam pembuatan bibit meliputi : ruang persiapan Alat-alat yang diperlukan meliputi : tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, autoclave, cawan petri, oven, timbangan analitik, pH meter, panci pemanas, kompor, pengaduk, pisau, skalpel, pinset, lampu bunsen, laminer air flor atau encas, plastik PP tabal 0,08 mm, master, hand sprayer, oose. Beberapa peralatan yang digunakan untuk proses pembuatan biakan murni.

Gambar 37. Peralatan yang digunakan untuk membuat biakan murni

Bahan yang butuhkan yaitu : spesimen jamur yang telah diketahui deskripsinya, media PDA, serbuk gergaji, aquades, alcohol 70%, biji sorgum (dapat juga digunakan bici padi, jagung dan gandum), kalsium karbonat, bekatul, pupuk SP-36 dan aquades. Bahan tersebut dapat dimodifikasi dengan sampah organik atau limbah pertanian yang lain asalkan bahan tersebut mengandung selulosa.
Pembuatan Biakan Murni
Pembuatan bibit jamur baik biakan murni, bibit induk maupun bibit siap tanam harus dilakukan pada kondisi yang steril atau aseptis. Biakan murni dilakukan melalui tiga tahapan pekerjaan, yaitu : 1) pembuatan media agar (Potato Dextrose Agar), 2) isolasi spora atau jaringan/spesimen jamur dan 3) inokulasi spora atau jaringan/spesimen jamur dengan kondisi steril/aseptis.
Pembuatan Media Agar PDA
Media agar sebagai media biakan merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan spora atau jaringan jamur. Media untuk biakan murni pada umumnya menggunakan agar-agar sebagai pemadat. Ada beberapa macam media yang banyak digunakan untuk media biakan murni, antara lain : Potato Dextrose Agar (PDA), Potatoes Dextrose Yeast t Agar (PDY-Amandemen) dan Malt Extract Agar. Dari semua jenis media tersebut yang banyak digunakan adalah PDA.
Media PDA terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut :
- Kentang 200 gram
- Dextrose 20 gram
- Agar-agar batang 20 gram
- Aquades 1000 ml
Cara membuat media PDA yaitu kentang dikupas dan dipotong kotak kecil kemudian dicuci bersih. Kentang yang telah dipotong direbus dengan 500 ml aquades sampai mendidih selama 15 menit. Secara terpisah agar-agar direbus dengan 500 ml aquades sampai agar-agar larut kemudian ditambahkan dextrose dan diaduk agar larutan homogen. Selanjutnya air rebusan kentang dimasukkan ke dalam larutan agar-agar sehingga volumenya menjadi 1000 ml. Larutan tersebut disaring dengan kain katun dan dididihkan.
Sterilisasi Media
Larutan media agar dituang dalam cawan petri atau botol gepeng kemudian dilakukan sterilisasi media sebelum digunakan untuk menanam spesimen atau spora jamur. Sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kontaminan atau jasad mikro yang dapat mengganggu kehidupan miselium bibit jamur. Sterilisasi yang banyak dilakukan dengan menggunakan autoclave. Autoclave dapat diatur tekanan, suhu dan waktu sterilisasinya, dimana pada umumnya digunakan tekanan 15 lb, suhu 12oC selama 15 menit. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan kematian mikroorganisme karena protein mengalami koagulasi sehingga enzim pada mikroorganisme menjadi tidak aktif. Proses sterilisasi dengan autoclave seperti Gambar berikut :

Gambar 38. Proses sterilisasi media PDA dengan autoclave
(A) Autoclave dengan bahan bakar gas (elpiji)
(B) Autoclave dengan pemanas listrik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses sterilisasi antara lain : volume cairan, ukuran wadah yang dipakai dan kepadatan muatan.Volume cairan yang sedikit, wadah yang kecil dan muatan yang sedikit membutuhkan waktu sterilisasi yang lebih pendek/singkat begitu sebaliknya.

Gambar 39. Media PDA yang telah disterilisasi

Proses Inokalasi Biakan Murni
Metode biakan murni dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :1) biakan murni dari spora, dan 2) biakan murni dari jaringan tubuh jamur.  Pembuatan biakan murni dari spora dapat dilakukan dengan mengambil satu atau beberapa spora. Untuk mengambil spora maka tudung jamur yang telah dewasa dipotong dari tangkainya kemudian diletakkan dengan posisi tudung yang terdapat spora menghadap ke bawah. Spora yang telah masak akan turun dan ditampung dalam cawan petri yang berisi media agar yang steril, selanjutnya cawan petri ditutup dan diinkubasikan. Spora akan berkecambah setelah beberapa jam pada kondisi optimum. Spora yang telah membentuk tabung kecambah selanjutnya diisolasi dengan cara mengiris media tumbuhnya dengan skalpel atau jarum inokulasi. Potongan tersebut selanjutknya diinokulasikan pada media agar yang lain agar dapat tumbuh. Koloni yang tumbuh merupakan biakan murni spora tunggal jika berasal dari satu spora atau biakan murni spora multi jika berasal dari banyak spora. Biakan murni spora dapat juga dibuat dari jejak spora. Jamur yang sudah dewasa dipotong dekat tudungnya. Tudung diletakkan di atas lembaran kertas yang steril dengan kondisi bagian yang mengandung spora mengahap kertas dan dibiarkan selama 10 menit. Jejak spora yang terjadi dibuang karena masih terdapat kontaminan. Selanjutnya tudung jamur tersebut diletakkan di atas kertas steril yang lain dan ditutup dengan gelas untuk menghindari aliran udara. Spora akan dipencarkan lagi pada kertas selama 20 – 30 menit dan jejak spora tersebut dapat digunakan sebagai sumber inokulum (Gunawan, 1999).  Biakan murni dari jaringan tubuh buah harus berasal dari tubuh buah yang sehat, segar dan masih muda. Semua bagian tubuh buah dapat diisolasi sebagai bahan untuk biakan murni terutama yang terletak di ujung atas tangkai dimana pada bagian ini miseliumnya akan tumbuh aktif. Jaringan tersebut dipotong dengan ukuran 2 mm x 2 mm x 2 mm dengan skapel dan diinokulasi pada media agar dengan kondisi aseptis. Media agar yang telah diinokulasi eksplan tersebut selanjutnya diinkubasi dengan cara diletakkan miring atau terbalik jika menggunakan botol gepeng. Proses inokulasi dan inkubasi ditampilkan pada Gambar 40 dan 41 berikut :

Gambar 40. Proses inokulasi eksplan pada pembuatan bibit biakan murni

Gambar 41. Proses inkubasi biakan murni pada botol gepeng (posisi botol ditidurkan)

Pada jaringan tubuh buah (eksplan) yang ditanam pada media agae PDA akan tumbuh miselium dalam kurun waktu 3 – 4 hari. Miselium akan tumbuh pada permukaan media agar dan membentuk koloni miselium hingga memenuhi permukaan media agar dalam botol, seperti ditampilkan pada gambar berikut :

Gambar 42. Perkembangan miselium biakan murni jamur Shitake pada media PDA.
(A) Perkembangan awal miselium (B) Biakan murni telah siap dijadikan bibit induk
Pembuatan Bibit Induk dan Bibit Produksi
Bibit induk adalah turunan dari biakan murni dimana media yang digunakan substrat dari biji-bijian. Bibit induk dibuat karena miselium dari biakan murni tidak dapat langsung ditanam pada media/substrat biji-bijian. Bibit induk dibuat dengan tujuan untuk memperbanyak miselium sebagai bahan inokulum yang sangat terbatas dari proses biakan murni agar secara ekonomis harga bibit tidak terlalu mahal.  Bibit produksi adalah turunan dari bibit induk dengan media/substrat dari biji-bijian atau serbuk gergaji kayu. Bibit produksi sebagai sumber inokulum dan ditanam pada substrat yang dikemas dalam plastik (bag-log) agar dapat dipanen badan buah jamur.  Media yang digunakan untuk bibit induk biasanya menggunakan bijibijian serelia seperti sorgum, jagung, padi, gandum dan serbuk gergaji. Beberapa jenis jamur kayu, seperti jamur tiram, kuping dan shitake dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada media biji-bijian sedangkan pada jamur merang dan champignon menggunakan jerami yang terlebih dahulu dikomposka untuk media bibit produksi.
Beberapa resep media dan langkah kerja pembuatan bibit baik bibit induk bibit produksi, sebagai berikut :
1.Media bibit induk jamur tiram, kuping dan shitake:
- Serbuk gergaji kayu sengon               5,5 kg (27,5%)
- Bekatul                                              2,0 kg (10%)
- Gipsum                                              0,3 kg (1,5%)
- Kalsium karbonat                              0,1 kg (0,5%)
- SP-36                                                 0,3 kg (1,5%)
- Air                                                     12,0 kg (60%)
Tahapan dalam membuat bibit induk adalah sebagai berikut :
a.  Serbuk gergaji, bekatul, gipsum, kalsium karbonat. SP-36 (terlebih dahulu dihaluskan) dicampur merata kemudian ditambahkan air hingga campuran media dapat dikepal dan tidak hancur (hal ini menunjukkan bahwa kondisi air media telah mencapai 60 %).
b. Campuran media tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol hingga mencapai 2/3 bagian botol dan dibuat lubang tanam dengan alat pelubang kemudian mulut botol ditutup dengan plastik PP. Bobot media dalam botol lebih kurang 200 gram sehingga satu resep akan dihasilkan 75 botol media.
c. Botol yang telah diisi dengan media selanjutnya disterilisasi dengan autoclave dengan tekanan 15 lb, suhu 12 oC selama 30 menit. Media tersebut kemudian didinginkan selama 24 jam.
d. Biakan murni jamur dari botol gepeng diambil dengan menggunakan oose dan diinokulasikan pada media bibit induk dalam botol saos.
e. Media yang telah diinokulasi dengan biakan murni selanjutnya diinkubasi dalam ruangan dengan suhu 18oC dan kelembaban 85% selama kurang lebih 30 hari hingga pertumbuhan miselium memenuhi media. Pada saat inkubasi botol media bibit induk diletakkan dengan posisi berdiri, hal ini dimaksudkan agar perkembangan miselium cepat bergerak ke arah bawah karena adanya pengaruh gravitasi.
f. Media yang telah dipenuhi miselium tersebut siap dijadikan bahan tanam untuk bibit produksi atau langsung ditanam untuk produksi badan buah.


Gambar 43. Perkembangan miselium bibit (F1) jamur Shitake pada media serbuk gergaji kayu sengon
2. Media bibit induk jamur champignon (kancing) menggunakan bahan sebagai berikut :
- Biji sorgum                            1000 gram
- Kotoran ayam                        100 gram
- Bekatul                                  50 gram
- Kalsium karbonat                  25 gram
- Gipsum                                  25 gram
Langkah kerja pembuatan bibit induk jamur kancing, yaitu :
a.  Biji sorgum dicuci dan direndam selama 18 – 24 jam kemudian ditiriskan.
b. Biji sorgum yang telah dicuci selanjutnya direbus selama 15 menit sampai masak dan setelah masak didinginkan.
c. Biji sorgum selanjutnya dicampur dengan bahan yang lain dengan kadar air 52% dan dimasukkan ke dalam botol hingga ¾ bagian botol.
d. Botol yang telah diisi media selanjutnya disterilkan dengan autoclave dengan tekanan 15 lb, suhu 12 oC selama 30 menit dan didinginkan selama 24 jam.
e. Biakan murni jamur dari botol gepeng diambil dengan menggunakan oose dan diinokulasikan pada media bibit induk dalam botol saos.
f. Media yang telah diinokulasi dengan biakan murni selanjutnya diinkubasi dalam ruangan dengan suhu 18oC dan kelembaban 85% selama kurang lebih 30 hari hingga pertumbuhan miselium memenuhi media. Pada saat inkubasi botol media bibit induk diletakkan dengan posisi berdiri, hal ini dimaksudkan agar perkembangan miselium cepat bergerak ke arah bawah karena adanya pengaruh gravitasi.
3. Media bibit induk jamur merang menggunakan bahan sebagai berikut :
   Biji sorgum                           1000 gram
   Kalsium karbona (kapur)      20 gram
Langkah kerja pembuatan bibit induk jamur merang, yaitu
a. Biji sorgum dicuci dan direndam selama 18 – 24 jam kemudian ditiriskan.
b. Biji sorgum yang telah dicuci selanjutnya direbus selama 15 menit sampai masak dan air rebusan dibuang.
 c. Biji sorgum dalam kondisi masih panas selanjutnya dicampur dengan kapur sehingga butir-butir sorgum diselimuti kapur dan dimasukkan ke dalam botol hingga ¾ bagian botol.
d. Botol yang telah diisi media selanjutnya disterilkan dengan autoclave dengan tekanan 15 lb, suhu 12 oC selama 30 menit dan didinginkan selama 24 jam.
e. Biakan murni jamur dari botol gepeng diambil dengan menggunakan oose dan diinokulasikan pada media bibit induk dalam botol saos.
f. Media yang telah diinokulasi dengan biakan murni selanjutnya diinkubasi dalam ruangan dengan suhu 18oC dan kelembaban 85% selama kurang lebih 30 hari hingga pertumbuhan miselium memenuhi media. Pada saat inkubasi, botol media bibit induk diletakkan dengan posisi berdiri, hal ini dimaksudkan agar perkembangan miselium cepat bergerak ke arah bawah karena adanya pengaruh gravitasi.
Sedangkan untuk membuat bibit produksi pada jamur kancing dan jamur merang berbeda dengan jamur kayu (seperti jamur kuping, tiram dan shitake) dimana media yang digunakan sama dengan substrat serbuk gergaji kayu (media bibit induk untuk jamur kayu). Media yang digunaka untuk bibit produksi jamur kuping dan merang adalah sebagai berikut :
1. Media bibit produksi jamur kuping digunakan resep sebagai berikut :
- Jerami                        8 bagian
- Kotoran ternak          5 bagian
- Gipsum                      1% dari campuran jerama dan kotoran ternak
- Kalsium karbonat secukupnya untuk mengontrol pH
Langkah pembuatan media bibit produksi, yaitu :
a. Jerami dipotong-potong dengan ukuran 2,5 cm dan dibasahi dengan air dan tiga hari kemudian dicampur dengan kotoran ternak.
b. Campuran tersebut dikomposkan selama 30 hari dengan tiga kalipembalikan.
c. Hasil pengomposan ditambahkan dengan 1% kotoran ayam yang telah dikomposkan dan ditambahkan 1 % gipsum selanjutnya media dibasahi dengan air hingga kadar air media 60%.
d. Media dikontrol tingkat keasamannya dan dijaga pada pH 9 dengan menambah kalsium karbonat.
e. Media siap diinokulasi dengan bibit induk dan dipelihara hingga badan buah jamur kancing siap untuk dipanen.
2. Media bibit produksi jamur kuping dapat juga menggunakan resep sebagai berikut :
- Jerami padi kering                             45,5%
- Kotoran ternak kering                        45,5%
- Kulit kacang tanah                             1,7%
- Gipsum                                              0,9%
- Amonium sulfat                                0,5%
- Urea                                                  0,5%
- Kalsium superfosfat                          4,5%
- Kapur (kalsium karbonat)                  0,9%
Langkah pembuatan media bibit produksi, yaitu :
a. Jerami dipotong-potong dengan ukuran 2,5 cm dicampur dengan bahan yang lain secara merata dan dibasahi dengan air hingga kadar air 60%.
b. Campuran tersebut dikomposkan selama 16 hari dengan empat kali pembalikan.
c. Media dikontrol tingkat keasamannya dan dijaga pada pH 9 dengan menambah kalsium karbonat.
d. Media siap diinokulasi dengan bibit induk dan dipelihara hingga badan buah jamur kancing siap untuk dipanen.
3. Media bibit produksi jamur merang digunakan resep sebagai berikut :
- Merang/jerami padi                            1000 gram
- Bekatul                                              20 gram
- Kapur                                                10 gram
dapat juga ditambahkan dengan Serbuk gergaji kayu 1000 gram
Langkah pembuatan media bibit produksi, yaitu :
a.   Merang/jerami padi kering dipotong-potong dengan ukuran 3 - 5 cm direndam dalam air selama 3 – 4 jam kemudian ditiriskan hingga kadar airnya 60 – 70%.
b. Merang/jerami padi tersebut selanjutnya ditambahkan dengan bahan yang lain dan dicampur secara merata .
c. Media telah siap untuk dimasukkan kedalam botol dan disterilkan.
d. Media disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan tekanan 15 lb suhu 12oC selama 30 menit, kemudian media didinginkan selama 24 jam.
e. Media siap diinokulasi dengan bibit induk dan dipelihara hingga badan buah jamur kancing siap untuk dipanen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar